Kami
berteman
Tapi
tidak dalam kesetiaan untuk bersama selalu.
Kami
berteman,
Tapi
tidak bersedia untuk saling mengingatkan.
Kami
berteman,
Saling
menyapa hanya ketika kita SALING membutuhkan.
Kami
berteman,
Tapi
untuk menyapa ‘apa kabarmu’ saja tidak pernah
Kami
berteman,
Dengan
perdebatan yang ada, semua sekarang jadi basa basi
Ya.
Kami hanya berteman.
Kata
‘teman’ yang hanya merujuk menjadi sebuah status ketika ‘menemani’
Kami
berteman,
Memiliki
rasa ketidakpercayaan masing-masing.
Kami
berteman,
Tanpa
menganggap apa yang diceritakan adalah berharga
Kami
berteman,
hingga
perdebatan yang memilukan memjadikan kami lupa bahwa ada alasan untuk kembali
tersenyum
Kami
berteman,
Tidak
egois ketika berhadapan, seolah saling mengalah.
Tapi
menyalak di dalam hati. Mengingat sebagai rasa sakit.
Ya.
Kami berteman. ‘hanya menemani’ entah hati nyaman atau tidak.
Pertemanan
ini seperti sebuah simbiosis.
Bukan
parasitisme, yang salah satunya mau dirugikan dalam hal berkorban.
Bukan
juga komensalisme, yang rela melakukan apapun agar teman bahagia
Mungkin
ini namanya Mutualisme. Melihat kualitas seorang teman, menguntungkan atau
tidak untuk digunakan dalah keadaan tertentu.
Kami
berteman,
Memiliki
rasa rindu ketika jauh
Memiliki
air mata ketika rasa kehilangan
Mematikan
benci ketika mengingat segala kebaikan
Dan
mencoba menahan kecewa saat yang lain tak mengerti
Kami
berteman,
Memiliki
seribu macam cekikikan, sejuta tawa, dan ego sekeras batu karang.
Kami
berteman,
Berdebat,
lantas ada yang merasa dipersalahkan, lalu pergi.
Kami
berteman, hingga sekarang menjadi basa basi.
Kami
berteman,
Tapi
tak pernah mengharapkan perjumpaan seperti dulu.
Kami,
‘mengaku teman’ tapi menanam pengabaian di hati
Kami
memanggil teman tapi membisu ketika sesuatu terlihat complicated
Kami
‘berteman’ tapi tidak boleh mencampuri urusan yang lain.
Kami
mengaku teman. Cuma mengaku. Tapi tidak menjadi.
Hilang
sudah granule coklat di atas cappuccino.
Musnah
sudah kotak rahasia itu.
Takkan
ada tempat untuk berpijak saat bumi rasanya runtuh
Takkan
ada lagi sebuah alasan untuk kembali seperti dulu.
Karena
alasan inilah, aku memilih diam.
Karena
alasan ini juga, aku ingin kembali saat aku tak mengerti apapun.
Karena
bukan kehilangan yang membuatku menangis atau pun menyerah, tapi karena “kenangan”
Sebuah
kenangan yang menjanjikan hal-hal indah di masa depan, kini hanya sebuah
ingatan yang harusnya tidak pernah tercipta.
Sesuatu
hal yang sangat berharga dulunya sekarang hanya menjadi sebuah kenangan,
Tidak
bisa diulang kembali, namun menancap di ingatan.
Dan
aku kini semakin tidak peduli dengan perasaan siapa pun kepadaku.
Apa
benar-benar tulus atau tidak.
Apa
benar-benar sayang atau sekedar sapaan?
Kali
ini aku tak kan peduli siapa yang mencintaiku, meskipun menganggapku sahabat
terbaiknya.
Aku
tidak peduli.
Karena
aku takkan memulai lagi sebuah cerita pertemanan dengan orang baru.
Tidak
akan lagi menorehkan kisah yang akhirnya sudah bisa di duga.
I’M
QUIT
NB :
Apakah
tulisan ini salah? Apakah karena hanya terlihat mementingkan ego diri sendiri?
Tidak.
Karena ini benar. Apa yang aku rasakan adalah nyata.
Mereka
yang ‘sekarang’ berada di sekitarku hanya membuatku seolah tak berharga.
Kalau
aku katakan ‘aku sendirian’, maka memang benar.
Saat
penelitian, aku seperti bebek saja, mondar mandir kesana, sibuk menyusun
langkah selanjutnya SENDIRIAN. Aku menhitung ubin lantai yang aku pijak, biar
berkurang rasa sepi ini. Aku mencari tokoh idolaku “YOO-CHUN” di dunia maya,
hanya untuk melupakan bahwa tak ada yang mau tertawa bersama ku saat ini.
Aku melakukan
hal-hal dalam ketidakwarasan ku. Dan mencoba bahagia dengan ini. Tanpa ada yang
tau betapa ku cemburu ‘ketika genk2 tertentu kumpul dan bisa tertawa’, ketika
beranda lab terasa semakin sunyi dan senja mulai hadir, sepi itu membuatku
ingin menangis.
Aku
hanya butuh teman untuk menemani, untuk berbagi cerita.
Cukup
duduk dan temani aku. Tak perlu membantu apapun, aku sudah bahagia. Paling
tidak aku akan merasa bahwa aku bukanlah orang kesepian itu.
Tapi
semua teman lelah.
Semua
teman dekat lelah untuk menemani ku.
Tak
ada materi yang bisa di beri sekarang. Jadi mungkin juga tal ada alasan bagi
mereka untuk bertahan.
Atau
juga sudah tak tahan dengan tingkah yang aku buat.
I WAS
INIVISBLE YESTERDAY, NOW I’M DISAPPEAR….