“Ibu, Aku
mencintaimu.” Ku ulang lagi “ aku mencintaimu, Ibu “. Itulah adalah kata-kata
yang teramat sederhana, namun adalah sulit untuk ku ungkapkan. Beribu alasan
pun ku cari. Gerangan apa yang menjadi masalahnya. Namun tak jua aku temukan.
Pada akhirnya aku pun tau, “ terlalu malunya diriku mengatakannya lantaran
begitu banyak rasa sakit yang telah aku toreh kan kepadamu hingga ku rasa,
kata-kata itu tak cukup untuk menghapus rasa sakit mu.
Engkau adalah
sosok yang teramat istimewa yang di hadirkan Tuhan untuk menemaniku di dunia
ini.
Semua anak manusia
di dunia ini pun tau tentangmu ibu. “syurga di telapak kaki ibu” begitulah sang
ustad mengajarkan kami ketika mengaji.
Saat itu ku tau, sebagai seorang anak adalah wajib bagiku untuk patuh
padamu tanpa punya hak untuk menolak dengan kata-kata yang kasar. Begitulah
Tuhan menuliskan aturan seorang anak kepada orang tuanya.
Namun adalah
seorang anak yang tak pernah merasakan rasa sakit mu selama engkau mengandung
hingga melahirkan,seperti itulah keseringanku melontarkan kata-kata kasar
padamu. Seringkali hal kecilku permasalahkan lantaran pikiranku yang masih
labil dan tak kunjung paham makna “ibu” yang harusnya ku ketahui agar menyadari
bahwa tak ada seorang pun anak yang berhak berkata kasar pada orang tua
mereka. Agar aku tau kelak jika aku menjadi seorang ibu
pun , mungkin seperti ini pula lah yang aku dapatkan.
Aku menyayangimu ,
Ibu…
Setulus kasih yang
selama ini kau berikan , semampunya ku mencoba ‘tuk bertahan dalam buai
kesusahan tatkala aku jauh darimu. Mencari jati diri di tengah
perombang-ambingan kehidupan yang kadang melelahkan, hingga membuat jenuh,
selama itu masih bisa ku ingat senyum mu yang pernah ku renggut darimu. Maka aku
ingin mengembalikan berjuta-juta senyummu yang telah ku ambil.
Maafkan aku ibu…
Ku mohon
bersabarlah dalam menanti pencapaian mimpiku.
Ku mohon ,
tetaplah do’akan anakmu ini hingga mencapai penghujung jalan dari mimpinya.
Karena ku kan
kembali, ibu.
Kembali
kepangkuanmu dengan sejuta kemenangan yang telah ku gengam. Sejuta kemenangan
yang nantinya bisa membawa kita menuju tempat terindah di dunia ini. Ke
baitullah, ibu. Tempat yang kita impikan selama ini J
aamiin. Harapanku tentang ini tak pernah pudar ibu…
Ibu, taukah ibu
ingatan apa yang tak akan pernah hilang sepanjang zaman dari seorang anak.
Ingatan itu
tentang mu ibu, tentang wanita-wanita tangguh sang pendamai hati anak-anaknya.
Ingatanku
tentangmu tak pernah terhapus.
jika ditanya,
siapa dokter terhebatmu, maka tentulah namamu yang akan ku sebut. “engkau
adalah dokter terhebatku sepanjang aku hidup. Yang senantiasa merawatku dari
masa buaian hingga sekarang. Bisa ku bayangkan, bagaimana kau harus menjaga
pola makanmu, mengurangi aktivitasmu demi diriku. Saat ku hadir dunia ini, bisa
ku rasa kecupan hangatmu membelaiku, mengajakku berkenalan dengan malaikat yang
Tuhan kirimkan untukku. Benar, “Engkau adalah malaikat yang dikirimkan Tuhan
untukku lantaran setia mu untuk selalu menjagaku”.
Ketika suatu hari
ku temui fenomena menyedihkan tentang nasib-nasib bayi yang malnutrisi, maka
rasanya beruntung sekali aku terlahir dari rahimmu ibu. Dengan penjagaanmu ,
kau hadirkan aku ke dunia ini dengan utuh. Ya, biarpun ku tau bahwa Allah-lah
yang mengatur kehidupan manusia, tapi tak jua pula ini karena usahamu yang
selalu merawatku dalam masa kandungan.
Sebersit saja, jika aku membayangkan hal buruk menimpamu,
rasanya sakit. Tak tertorehkan lagi,
berharap kau takkan menghilang. Berharap kau tetap disisku. Berharap dan terus
berharap bahwa hari-hariku akan selalu di isi do’a mu
Ibu, i love u ever and after in my life :')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar