Ah , bagaimana menjelaskan urusan ini?
Bahwa sebagian dari perasaan suka itu adalah nafsu. Karena
ketampanan/kecantikannya atau karena kepintarannya, atau karena kesoleh/soleha
dirinya, membuat jiwa ingin memilikinya.
Aduh. Kenapa masalah penting seperti cinta ini bisa terkena
penyakit buta ‘hati’yang kadang dimainkan oleh logika ??
Ia tampan/cantik, tapi tidak soleh/soleha, maka tak masuk
criteria.
Ia soleh/soleha tapi memandangnya tak membuat hati selalu
senang, maka bagaimana menjalani hidup lama-lama dengannya, akhirnya itu juga
tidak masuk criteria.
Ia tampan / cantik, ia soleh / soleha tapi dalam hal ekonomi
ia rendah. Hati bimbang. Aduh, tak pelak jika hubungan tsb dilanjutkan maka
boleh jadi kehidupan tsb bermain dengan materi. Huaa L
Ah. Bukankah cinta itu fitrah…?
Tapi kenapa kita suka bersifat naïf ? mengiyakan bahwa hati
mencintainya, tapi masih bisa bermain hati dengan yang lain ?
Kenapa seseorang itu berani mengatakan ‘Aku mencintaimu
karena Allah’. Bukankah kalimat itu sangat dalam maknanya. Membuat siapa pun
mendengarnya akan merasa bahagia. Sementara dia tidak bisa mempertanggung
jawabkan akibat ucapannya? Membelenggu hati dengan sebuah penantian.
Ah , rasanya hal ini benar-benar membutakan. Apalagi jika
hati tsb tulus, boleh jadi dia akan menunggu (serius) akibat mempercayai ucapan
itu?
Kenapa??? Kenapa pandai sekali bermain kata merangkai rasa
di hati jika akhirnya itu hanyalah omong kosong belaka??
Sebenarnya apa yang dicari oleh sebuah hati yang dimaksud???
Andai, andaikan setiap orang (termasuk saya) menjadi ‘Mind
reader’ , maka sangat jelas saya tidak ingin tau perasaanmu kepada ku. Sedari
dulu. Bahkan sejak pertama jumpa. Aku tak ingin tau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar