Senin, 11 Juni 2012

Jeritan , Ungkapan dan Harapan



Jeritan hati ini terus meraup suara hati
Menyayat hati ini dengan belati kemunafikkan
Hati ini terus menanti jawaban akan kepastian
Apakah rasa ini akan terjamah olehnya ?
Akankah ia mengerti makna intaian dri tiap sudut mata ini ?
Mampukah ia menelususri makna senyuman di sela-sela bibir ini ?
Menggantung tanpa tau kapan ini akan berakhir?

Aku, sang Andromeda yang menantikan petreus
Menyelami dinginnya malam menunggu pagiMeresapi rintik hujan menanti sang pelangi
Menunggu tanpa ada sebuah kepastian
Terkadang , saat rasa itu hadir kembaliIa menjelma menjadi pelangi ketika hujan
Begitu mengusir dingin yang begitu menusuk
Ia satukan serpihan hati yang bertebaran
Ia tiupkan jiwa keyakinan pada mimpiIa berikan celah pengharapan dalam keputusasaan
Keyakinan akan mozaik yang pasti


Tapi, pelangi itu hanya sementaraIa tinggalkan hati ini sendiri lagi
Seperti fatamorgana , gambaran yang terlihat mulai membutakan
Menanbah kepedihan
Menghanguskan kobaran semangat
Dan menghancurkan benteng pertahanan hati
Kini, hati ini kembali retakSerpihannya bertebaran di setiap sudutIa melukai setiap hati dengan belati kebencian
Ia tutup setiap celah hati yang terbuka dengan topeng kemunaffikan
Agar tak ada lagi desiran kerinduan menghinggapinya

Cukup…Aku tak ingin menjadi manusia bertopeng
Ingin namun begitu naïf mengakuiLetih untuk menata kembali hati ini
Dan takut akan kehancuran lagi
Aku tak ingin menanti sesuatu yang hampa
Tak ingin pula rasa itu kembali merampas senyumku
Dan memenuhi hidupku dengan keluh keputusasaan
Aku hanya ingin menemukan mozaik ku lagi
Kembali menatanyaMerangkainya dalam indah pelangi
Dan aku ingin kau pergi dalam sepi dan senyap hatiku
Hingga kau takkan pernah kembali
Membawa rasa itu menjadi awan kelam, ke dalam hatiku.


Muara Enim, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar