Kamis, 10 Mei 2012

CYCLE OF YEARNIG


Di stadion itu, kita pernah bersua.
Kau melontarkan senyum yang menggetarkan jiwa.
Aku pun hanya membisu.
Dan hatiku mulai mengenal rindu.

Waktu menelan mu dan kini kau hilang dari hadapanku.
Aku mulai merindu.
Dan takdir pun mempertemukan kita kembali.
Kita bercerita saling beradu dengan desiran ombak.
Dan rindu itu pun kian bertambah.

Waktu yang terus berputar, meminta kita untuk berpisah.
Haluan yang kita pilih membuat jarakpun kian menjauh.
Kita terlupa.
Kau di sana. Dan aku di sini.
Tiba-tiba bayangmu yang selama ini samar,
Hadir kembali, jelas dalam ingatanku.
Dan aku pun tau, rasa itu telah membelenggu jiwaku dengan rindu yang semakin mengendap.

Aku tanya pada angin,
Tapi dia terus melaju, berhembus ke arah yang dia suka.
Kembali pada bintang, barangkali ia mengerti akan rinduku.
Dan akan berbaik hati membuah sinarnya menuju ke arahmu.
Tapi nihil.
Sepertinya bintang itu telah memiliki orbit yang harus mereka sinari.
Aku terpaku,
Kenapa perjumpaan kita dahulu harus menyisakan rindu.
Rindu yang menyesakkan karena aku tak tau kau dimana.
Rindu ini menjadi tetes air mata.
Pelangi tak kunjung datang, hanya gerimis yang sesekali datang.
Kepada dia sang Maha Cinta,
Yang membaikkan segala rasa,
Lewat sujudku, aku lantunkan do’aku.
Agar terpeliharalah rindu ini jika memang engkau adalah takdirku.
Dan rinduku pun, tak lagi membuncah,
Tak juah membuatku gelisah.
Ia tenang dalam balutan kesabaran.

Man shabara zhafira..
Siapa yang bersabar , akan beruntung.
Begitulah janji-Nya.
Maka rindu ini akan menjadi indah ketika ku sabar tuk menanti
Menantikan dia yang tertakdir



Deadline




Datanglah..
Matahari telah berada di peraduannya dibalik senja.
Angin laut telah menepi ke daratan.
Dan rembulan pun mulai menanjak di tengah gelapnya langit malam.

Pulanglah …
Karena sang bintang pun enggan menjauh dari rembulan.
Karena daun pun akan tumbuh lagi biar gugur berkali-kali.
Karena sekarang aku mulai merindu.
Merindu padamu yang tak kunjung datang.

Kembalilah.
Biar sebentar, singgahlah di peraduan hatiku.
Tengoklah sejenak cinta yang kini melayang tanpa jiwa.
Terhempaskan oleh angin masa lalu yang belum juga berlabuh.
Biar aku tau, apakah rasa ini bisa disudahi???

Cepatlah …
Nyatakan padaku,
Apakah ‘dermaga’ itu telah kau dapatkan ?
Atau hatimu masih berlayar dalam samudera cinta ?
Karena sang waktu telah membuat hatiku terkunci otomatis.

Temui aku.
walau senja telah usai dan malam pun menjelma,
aku tetap menunggu mu di sini.
Di atas rindu yang kian mengutuki diam ku padamu.
Aku akan masih menantimu.
Karena rindu ini adalah deadline yang harus segera diterbitkan.
Dalam berita kehidupanmu.

Kamu Rinduku



Kamu itu adalah rinduku.
Seperti coklat yang bertabur dalam buihan kopi.
Rindu ini menghiasi hidupku.

Kamu itu adalah rinduku yang tak terjamah.

Seperti angin yang menerpa dedaunan.
Tak terlihat tapi menyejukkanku.

Kamu itu adalah rinduku.

Seperti pungguk merindukan bulan.
Diri ku tetap menanti meski waktu menuntutnya untuk berakhir.

Kamu tetaplah rinduku.

Walau kamu sedang melayarkan hatimu,
Tapi aku telah berlabuh di dermaga hati mu…

kamu adalah rinduku yang belum pernah aku temui,

Tapi lauh mahfus-Nya menuliskan kita akan bersua nantinya.
Dalam bingkai kehidupan masa depan, aku adalah tulang rusukmu.
Dan kamu adalah tulah rusukku.
Kau menguatkanku, dan aku kan selalu temanimu

Karena kamu adalah rinduku.

Ku kan tetap sabar menanti.
Bersajak kepada cakrawala, bergurau bersama waktu.
Biar rindu ini utuh,
Sampai saatnya Sang Maha Cinta menjawab.
Bahwa engkau adalah rinduku.
Pelabuhan terakhir hatiku.
Dan usailah sudah hatiku berlayar. J