Selasa, 05 Februari 2013

Mom, I love you. U're always gonna be My first Love

“Ibu, Aku mencintaimu.” Ku ulang lagi “ aku mencintaimu, Ibu “. Itulah adalah kata-kata yang teramat sederhana, namun adalah sulit untuk ku ungkapkan. Beribu alasan pun ku cari. Gerangan apa yang menjadi masalahnya. Namun tak jua aku temukan. Pada akhirnya aku pun tau, “ terlalu malunya diriku mengatakannya lantaran begitu banyak rasa sakit yang telah aku toreh kan kepadamu hingga ku rasa, kata-kata itu tak cukup untuk menghapus rasa sakit mu.
Engkau adalah sosok yang teramat istimewa yang di hadirkan Tuhan untuk menemaniku di dunia ini.
Semua anak manusia di dunia ini pun tau tentangmu ibu. “syurga di telapak kaki ibu” begitulah sang ustad mengajarkan kami ketika mengaji.  Saat itu ku tau, sebagai seorang anak adalah wajib bagiku untuk patuh padamu tanpa punya hak untuk menolak dengan kata-kata yang kasar. Begitulah Tuhan menuliskan aturan seorang anak kepada orang tuanya.
Namun adalah seorang anak yang tak pernah merasakan rasa sakit mu selama engkau mengandung hingga melahirkan,seperti itulah keseringanku melontarkan kata-kata kasar padamu. Seringkali hal kecilku permasalahkan lantaran pikiranku yang masih labil dan tak kunjung paham makna “ibu” yang harusnya ku ketahui agar menyadari bahwa tak ada seorang pun anak yang berhak berkata kasar pada orang tua mereka.  Agar  aku tau kelak jika aku menjadi seorang ibu pun , mungkin seperti ini pula lah yang aku dapatkan.
Aku menyayangimu , Ibu…
Setulus kasih yang selama ini kau berikan , semampunya ku mencoba ‘tuk bertahan dalam buai kesusahan tatkala aku jauh darimu. Mencari jati diri di tengah perombang-ambingan kehidupan yang kadang melelahkan, hingga membuat jenuh, selama itu masih bisa ku ingat senyum mu yang pernah ku renggut darimu. Maka aku ingin mengembalikan berjuta-juta senyummu yang telah ku ambil.
Maafkan aku ibu…
Ku mohon bersabarlah dalam menanti pencapaian mimpiku.
Ku mohon , tetaplah do’akan anakmu ini hingga mencapai penghujung jalan  dari mimpinya.
Karena ku kan kembali, ibu.
Kembali kepangkuanmu dengan sejuta kemenangan yang telah ku gengam. Sejuta kemenangan yang nantinya bisa membawa kita menuju tempat terindah di dunia ini. Ke baitullah, ibu. Tempat yang kita impikan selama ini J aamiin. Harapanku tentang ini tak pernah pudar ibu…
Ibu, taukah ibu ingatan apa yang tak akan pernah hilang sepanjang zaman dari seorang anak.
Ingatan itu tentang mu ibu, tentang wanita-wanita tangguh sang pendamai hati anak-anaknya.
Ingatanku tentangmu tak pernah terhapus.
jika ditanya, siapa dokter terhebatmu, maka tentulah namamu yang akan ku sebut. “engkau adalah dokter terhebatku sepanjang aku hidup. Yang senantiasa merawatku dari masa buaian hingga sekarang. Bisa ku bayangkan, bagaimana kau harus menjaga pola makanmu, mengurangi aktivitasmu demi diriku. Saat ku hadir dunia ini, bisa ku rasa kecupan hangatmu membelaiku, mengajakku berkenalan dengan malaikat yang Tuhan kirimkan untukku. Benar, “Engkau adalah malaikat yang dikirimkan Tuhan untukku lantaran setia mu untuk selalu menjagaku”.
Ketika suatu hari ku temui fenomena menyedihkan tentang nasib-nasib bayi yang malnutrisi, maka rasanya beruntung sekali aku terlahir dari rahimmu ibu. Dengan penjagaanmu , kau hadirkan aku ke dunia ini dengan utuh. Ya, biarpun ku tau bahwa Allah-lah yang mengatur kehidupan manusia, tapi tak jua pula ini karena usahamu yang selalu merawatku dalam masa kandungan.
Sebersit saja, jika aku membayangkan hal buruk menimpamu, rasanya sakit. Tak tertorehkan  lagi, berharap kau takkan menghilang. Berharap kau tetap disisku. Berharap dan terus berharap bahwa hari-hariku akan selalu di isi do’a mu


Ibu, i love u ever and after in my life :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar