Rabu, 02 November 2011

PATOFISIOLOGI


PATOFISIOLOGI

A.    DEFINISI PATOFISIOLOGI
Patofisiology berasal dari kata  :
Pato yang berarti sakit / penyakit dan logos yang berarti ilmu.
 Sehingga memiliki banyak definisi sebagai berikut :
1.      Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang ganguan kesehatan pada tubuh.
2.      Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses suatu penyakit yang ditandai dengan adanya kelainan-kelainan pada organ.
3.      Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang konsep klinik proses-proses penyakit.

·        Kondisi sehat  J :
            Apabila proses atau kegiatan organ-organ tubuh berjalan dalam keadaan normal dengan kata lain parameter-parameter,tekanan darah, berat badan, tinggi badan, temperatur dan lain sebagainya berfungsi dengan normal.
            Faktor-faktor ini secara mutlak menunjukkan nilai rata-rata yang dapat diterima dalam keadaan normal dan dapat beradaptasi terhadap lingkungan. Jadi konsep secara umum keadaan normal melibatkan suatu nilai rata-rata maupun batas variasi di bawah nilai rata rata tersebut. Variasi dalam nilai-nilai normal kenyataanya berasal dari sumber  yang berbeda terutama karena perbedaan genetik masing-masing.

·               Kondisi sakit  L :
     Suatu bentuk kehidupan di luar batas normal dan beberapa dari struktur dan fungsi organ menyimpang, menjadi terancam atau dirusak dan individu tidak dapat lebih lama memenuhi tantangan-tantangan lingkungan.
B.     KONSEP-KONSEP TENTANG PENYAKIT
a.      Jika beberapa dari struktur dan fungsi organ tubuh menyimpang dari normal (terancam, rusak, tidak dapat beradaptasi).
b.      Tidak melibatkan perkembangan suatu bentuk kehidupan baru secara lengkap, tetapi suatu distorsi dari proses-proses kehidupan normal.
c.      Penyakit berperan menimbulkan perubahan-perubahan pada sasarannya.
d.      Penyakit adalah jumlah dari proses-proses fisiologis yang sudah berubah.
Pandangan- pandangan  lain tentang Penyakit yaitu :
1.      Dianggap  sebagai suatu bentuk kehidupan atau kegitan baru.
2.      Semacam pemilikan terhadap organ tubuh oleh benda-benda asing dalam tubuh.
3.      Merupakan musuh dari luar (besar atau kecil ),misal mikroba,logam berat dan zat berbahaya lainnya.
4.      Umumnya penyakit yang di sebabkan oloeh virus menyerang sekali , karena jika sudah sembuh tubuh akan membentuk antibodi. 


C.    RADANG L

Terjadi bila sel - sel  atau jaringan tubuh mengalami cidera dan ada suatu respon yang mencolok pada jaringan-jaringan hidup di sekitarnya.
C.1.  Ikhtisar radang atau peradangan.                 
a.      Secara khusus, merupakan reaksi vaskular berupa pengiriman cairan zat-zat terlarut bersama-sama sel darah yang bersirkulasi pada jaringan interstisial  atau pada bagian yang cedera (nekrosis).
b.      Pada kecenderungan ilmiah, dianggap sebagai sesuatu yang tidak diinginkan karena menderita misal : radang tenggorokan, radang kulit, radang pada jaringan-jaringan lunak.
c.      Pendapat ilmiah lain :   suatu gejala yang menguntungkan dan defensif, netralisasi pembuangan agent penyerang, perbaikan dan pemulihan organ.
d.      Pandangan lain :  suatu peristiwa yang dikoordinasi dengan baik, dinamis, kontinyu sebagai akibat dari nekrosis  atau infeksi.
e.      Peradangan akut :  Respon segera dari tubuh terhadap cedera / kematian sel.
C.2. Sebab – sebab Peradangan
1.      Adanya infeksi mikroba dalam jaringan.
2.      Keadaan jaringan yang mati karena hilangnya suplai darah.
3.      Keadaan jaringan yang mengalami cedera atau  nekrosis.
4.      Keadaan jaringan yang mengalami keracunan.
5.      Keadaan jaringan yang mengalami luka atau tersayat.
6.      Keadaan jaringan yang kena panas tinggi (air panas & api).

C.3. Tanda – tanda Radang
1.      Timbul warna merah / rubor pada jaringan / kulit karena arteri mensuplai darah.
2.      Panas (kalor), karena aliran darah lebih banyak pada jaringan yang kena radang.
3.      Rasa sakit timbul/ dolor, akibat ada perubahan pH lokal, konsentrasi ion-ion, daerah radang bengkak karena peningkatan tekanan pada jaringan lokal.
4.      Pembengkakan lokal (tumor), karena terjadi penimbunan cairan, sel-sel darah yang rusak (ritrosit, leucosit) disebut Eksudat = nanah.
5.      Terjadi perubahan fungsi organ (functio laesa).
6.      Eksudasi = terjadi kebocoran permeabilitas pembuluh-pembuluh darah sehingga cairan mengumpul menimbulkan pembengkakan (eksudasi).
7.      Limfati & aliran limfe bertambah,,,,
§Bila pembuluh limfe kena radang disebut  Limfangitis.
§Bila kelenjar limfe kena radang disebut Limfadenitis. Misal     pembengkakan pada tonsil (Tonsilitas).

C.4. Aspek –aspek selular peradangan
1.                   Marginasi
Leukosit – leukosit bergerak ke bagian perifer di sepanjang lapisan pembuluh, karena aliran darah bertambah pada peradangan akut pada saat itu cairan darah bocor keluar dari mikro sirkulasi permeabilitas dan menuju tepi pembuluh darah.
Gambar :





2.                      Emigrasi
Sebagai akibat dari marginasi darah mulai menempel pada endotel dan kelihatan seperti jalan berbatu dan dilanjutkan dengan pemerataan oleh aliran darah yang berikutnya disebut pengaspalan (paven menting) dari pembuluh – pembuluh kejaringan sekitarnya.


Gambar:



3.                      Kemotaksis ( Kimia)
Pergerakan aktif leukosit intersial dan jaringan yang terkena radang. Gerakan ini dilakukan akibat adanya berbagai sinyal kimia dari jaraingan yang rusak, infeksi kuman, protein plasma yang bocor dari aliran darah.

Gambar :





D.    SHOCK / SYOK KARDIOGENIK

Adalah kelebihan  atau kekurangan volume aliran darah pada pembuluh arteri atau vena atau  denyutan sistolik( pembuluh darah yang keluar)  & diastolik(pembuluh darah yang masuk)  di luar batas normal. Hal ini disebabkan katub jantung tidak mampu mengalirkan darah dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri sehingga menimbulkan 2 akibat :
         Pengurangan darah ke aorta.
         Peningkatan aliran darah pada atrium kiri dan vena pulmonalis, sehingga mengakibatkan payah jantung dan peristiwa ini membahayakan, yang disebut SHOCK.


Faktor – faktor yang menyebabkan Shock
1.      Terkejut.
2.      Sedih secara mendadak.
3.      Terharu yang sangat mendalam.
4.      Kegembiraan yang berlebihan.

E.     GANGGUAN KOMPONEN DARAH (GANGGUAN HEMOTOLOGIK)

Hematologik  adalah pengetahuan yang mempelajari tentang jaringan – jaringan darah serta yang berhubungan dengannya. Sistem hematologik mencakup system Retikula Endotel (RES: Reticula Endothelial) atau disebut system fagosit monokuler yang terdapat diseluruh tubuh, khususnya dalam limfa, hati, kelenjar limfe dan sumsum tulang yang memfagosit/membunuh benda – benda asing ( mikroba) yang menyebabkan sel darah merah mati. Gangguan yang berasal dari system ini disebut “Diskrasia Darah”, gangguan ini meliputi penyakit ringan hingga mematikan.

E.1. Komponen Darah Normal
Sifat – sifat darah :
1.      Darah adalah susupensi dari partikel – partikel dalam larutan koloid yang encer yang mengandung elektrolit.
2.      Darah berguna sebagai medium pertukaran antara sel yang terfiksasi dari dalam dan luar tubuh.
3.      Mempunyai sifat – sifat protektif terhadap tubuh dan terhadap darah itu sendiri.




E.2. Bagian – bagian Komponen Darah
1.      Komponen darah disebut plasma darah sebanyak 91 – 92 % berupa air medium transport.
2.      Zat padat 7 – 9 %, terdiri dari protein – protein seperti albumin, globulin dan fibrinogen.
3.      Unsur anorganik atau mineral, antara lain N, K, Ca, P, Fe, dan I
4.      Unsur organik, antara lain : Nitrogen non protein, urea asam urat, xantin, kreatinin, asam amino, lemak netral, fosfolipid, kolesterol, dan glukosa.
5.      Enzim, antara lain : amylase, profase, dan limfase
6.      Serum, berupa cairan paling atas pada serat fibrinogen dari plasma mengalami pembekuan.


E.3. Fungsi Utama  Beberapa Kompenen Darah
·      Albumin :
a.      Untuk mempertahankan volume darah dengan     memberikan tekanan osmotik koloid.
b.      Untuk keseimbangan  pH dan elektrik.
c.      Untuk tranfors ion-ion logam,asam lemak,hormon dan obat-obatan.

·      Globulin
a.      Membentuk 43 % protein, yang terbentuk di jaringan hati dan lipiod.
b.      Bertanggung jawab membentuk antibodi dan protombin.

·      Fibrinogen berjumlah 4 % untuk pembekuan darah.

F.   KELAINAN PADA ERITROSIT                                                
Jumlah sel eritrosit ±5 juta / mm3 bagi orang dewasa.
Umur darah merah ; 120 hari.
Perubahan masa sel darah merah terdiri dari dua keadaan yang berbeda:
A.    Anemia : Jumlah sel darah yang berbeda.
B.     Polisitemia : Jumlah sel darah merah terlalu banyak.  

G.    ANEMIA
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas Hb, pengurangan hematokrit (volume zat padat sel darah merah per 100 ml). Kurang dari normal.
Pada anemia, semua system organ dapat terlibat dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang luas, yang dipengaruhi oleh :
1.   Kecepatan timbulnya anemia
2.   Umur masing – masing individu
3.   Mekanisme komposisi
4.   Tingkat aktivitas
5.   Keadaan penyakit yang mendasar
6.   Parahnya anemia
Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka sedikit oksigen yang dikirim ke jaringan tubuh sehingga mengakibatkan gejala – gejala sebagai berikut :
1.      Gelisah
2.      Diaphoresis ( keringat dingin)
3.      Taki ( denyut jantung berkurang atau lemah)
4.      Dispnea ( sesak napas)
5.      Syock
G.1.  Klasifikasi Anemia
Dibagi atas:
1.   Didasarkan atas morfologi sel darah merah ( bentuk – bentuk sel darah ).
2.   Didasarkan atas Etiologi/Patofisiologi ( Karena factor penyakit terutama penyakit keturunan mutasi kromosom/gen).
3.   Didasarkan atas gabungan  morfologi  dan etiologi (gabungan  1 dan  2).


G.1.1. Jenis - jenis anemia berdasarkan morfologi sel darah merah yaitu :
A.   Anemia Normositik Normokrom
Yaitu sel – sel darah merah yang mempunyai ukuran dan Hb yang  normal, tetapi individu yang bersangkutan menderita anemia.
Penyebabnya :
1.                  Kehilangan darah akut.
2.                  Hemolisa/kerusakan sel darah.
3.                  Penyakit kronis/menahun.
4.                  Gangguan endokrin.
5.                  Gangguan ginjal.
6.                  Gangguan dan penyakit infiltatif metastatic pada sumsum.  

B.  Anemia Makrositik Normokrom
Yaitu sel darah merah ukurannya lebih besar dari normal.
Penyebab :
1.                  Gangguan pada sintesis asam nukleat DNA
2.                  Terhentinya sintesis asam nukleat DNA
3.                  Defiasi vitamin B 12
4.                  Defiasi asam folat

C.  Anemia Mikrositik Hipokrom
Yaitu sel darah merah ukurannya lebih besar dari normal.
Penyebabnya
1.                  Hb kurang dari normal
2.                  Kekurangan zat besi dan ganguan pembentukan globin.

G.1.2. Berdasarkan etiologi / patofisiologi disebabkan oleh :
a.                  Meningkatnya kehilangan darah ( hemolisis )
b.                  Penurunan atau  gangguan pembentukan sel darah yang  :
disebabkan oleh :
1.        Hemoglobinopati yaitu Hb yang diwariskan abnormal omisal atau penyakit sel darah bentuk sabit ( eritroblastosis ).
2.        Ganguan sintesis globin misalnya thalasemia .( globin adalah asam amino ) . hal ini akibat menikah dengan saudara dekat.
3.        Ganguan membran sel darah merah.
4.        Ganguan enzim atau defisiensi enzim
G.1.3. Berdasarkan atas gabungan  morfologi  dan etiologi
1.      Anemia aplastik yaitu keadaan yang menggambarkan gangguan pembentukan sel –sel darah merah atau gangguan pada sum-sum tulang. Penyebabnya  :
1.      Agen inti neoplastik atau sitotoksik ( keracunan sel ).
2.      Terapi radiasi.
3.      Antibiotik tertentu.
4.      Berbagai obat misalnya pengobatan anti-tiroid, senyawa emas, fenil butazon.
5.      Kimia benzen
6.      Infeksi virus , khusus virus hepatitis
2.      Anemia Defisiensi Zat Besi yaitu penurunan kuantititas sintesis Hb dan zat besi. Penyebabnya :
1.      Jumlah zat besi yang tidak cukup.
2.      Gangguan absorbsi.
3.      Akibat kehilangan darah yang banyak misalnya, pendarahan, polip, neoplasma , gastritis, varises, oesofagus, hemoroid , dan konsumsi aspirin.
Catatan : dalam keadaan normal , jumlah zat besi dalam tubuh orang dewasa adalah 3 -5 gram , setiap mililiter darah mengandung 0,5 mg zat besi.
3.      Anemia  Megaloblastik  yaitu penurunan jumlah darah karena kekurangan vitamin B12 dan asam folat ( mengakibatkan pertumbuhan kranium atau tengkorak tidak sempurna)

Penyebabnya :
1.    Malnutrisi orangtua
2.    Pecandu alkohol
3.    Kekurangan sari –sari makanan pada saat hamil ( pada fetus / embrio )


H.    POLISITEMIA
Berasal dari kata poli yang berarti banyak dan sitemia yang berarti barisan sel. Jadi polisitemia  adalah massa sel darah merah lebih dari  normal. Hal ini menyebabkan viskositas atau kekentalan darah dan volume darah berlebih.
Jenis – jenis polisitemia :
1.      Polisitemia relatif , jika volume plasma darah yang bersikulasi berkurang atau hemokonsentrasi, tetapi volume sel darah yang bersikulasi normal. Penyebabnya :
a.             Dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh misalnya luka bakar,   demam tinggi dan sebagainya.
b.             Defisiensi intake cairan.
c.             Redistribusi cairan dari palsma ke jaringan yang luka berlebih.

2.      Polisitemia absolut yaitu massa sel darah merah yang bersirkulasi meningkat. Penyebabnya :
a.              Karena penyakit kardiopulmonal yang mengurangi kejenuhan O2.
b.             Kekurangan kadar O2 pada suatu lingkungan , misalnya di pegunungan atau pada malam hari.
c.              Karena eritrositosis, leukositosis, dan trombositosis.








PEMERIKSAAN IDENTIFIKASI STAPHYLOCOCCUS

PEMERIKSAAN STAPHYLOCOCCCUS
Hari pertama :
1.       Pewarnaan Gram Original
Bahan                   :               biakan kuman staphylococcus
Reagen                  :                  Gentian Violet
                                                Gram’s iodine
                                                Alcohol 95 %
                                                Safranin 1%

Cara kerja            :
a.       Pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan Gram dari bahan pemeriksaan , preparat dibiarkan kering dan difiksasi
b.      Tuangkan dengan gentian violet selama 1 menit
c.       Cuci dengan air
d.      Tuang dengan gram iodine selama 30 detik
e.      Cuci dengan air
f.        Decolourisasi dengan alcohol 95%
g.       Cuci dengan air
h.      Counterstain dengan safranin 1 % selama 2 menit
i.         Cuci dengan air dan biarkan kering
j.        Periksa dengan pembesaran mikroskop pembesaran objektif
Hasil : gram (+) coccus ( + )

2.       Penanaman kuman pada media padat
Bahan                   :               biakan kuman staphylococcus
Media                   :               a. NAP ( nutrient agar plate )
                                                b. BAP ( blood agar plate )
BAP (blood agar plate)
   


Cara kerja :
 Ambil biakan kuman staphylococcus tanam pada media NAP atau BAP . inkubasi suhu 35 – 37 0C

HARI KE II
3.       Pengamatan morfologi  koloni
MEDIA
NAP
BAP
Bentuk koloni


Pigmen


Peninngian permukaan


Pinggir koloni


Karakteristik optic


Aktivitas kuman terhadap darah



4.       Tes katalase
bahan                   :               koloni kuman bebas darah
reagen                  :                H2O2 3-10%
cara kerja            :              
a.       Ambil koloni kuman dari media bebas darah , letakkan pada objek gelas
b.      Teteskan  reagent
c.       Amati terjafinya gelembung udara
Hasil : (+) terjadi gelembung udara
5.       Pembuatan biakan murni
a.       Dari koloni yang tumbuh pada media NAP atau BAP di buat biakan murni , dengan cara mengambil koloni terpisah , kemudian tanam pada bouillon  dan buat preparat. ( untuk mengetahui apakah biakan benar2 murni
b.      Inkubasi selama 35 -37 0C 10 – 30 menit

6.       Tes fermantase
Media                   :               TYEA ( Tripton Yeast Extract Agar ) solid
                                                TYEA ( Tripton Yeast Extract Agar ) semi solid
Cara kerja            :
a.        Biakan murni ditanam pada media TYEA solid dan semi solid dengan ose jarum
b.      Salah satu media ditutup dengan Parafin cair
c.       Inkubasi selama 35 -37 0C  selama 18 – 24 jam

7.       Tes biokimia
media                   :               glukosa
                                                manitol
                                                saccarosa
cara kerja            :
a.       Tanamkan biakan murni pada media glukosa , manitol, dan saccarosa
b.      Inkubasi selama 35 -37 0C  selama 18 – 24 jam
8.       Tes koagulase
8.1. Cara tabung
Bahan           :               biakan murni
                                        Darah vena
Reagen         :               Na.sitrat 3,8%
                                        NaCl 0,9%
Cara kerja    :
a.       Ambil darah vena kemudian tambah anti koagulan Na.sitrat dengan perbandingan 4:1
b.      Masukkan dalam tabung sentrifuge , sentrifuge 1500 rpm 15 menit
c.       Ambil plasmanya, encerkan dengn NaCl 0,9% steril 1 : 5
d.      Pipet 2 cc masukkan masing2 1 cc ke dalam 2 buah tabung reaksi steril
e.      Tabung 1 ditambah bikan murni 0,5 cc
f.        Tabung 2 sebagai control
g.       Inkubasi selama 35 -37 0C  selama 18 – 24 jam
h.      Hasil (+) bila terjadi penggumpalan
8.2. Cara slide
Cara kerja    :
a.       1 ose plasma diteteskan pada objek gelas
b.      Amil salah satu biakan murni dengan ose.
c.       Canpurakan dengan plasma diatas objek gelas
d.      Di goyang searah jarum jam, kemudian baca hasilnya yang di bandingkan dengan control NaCl fisiologis
e.      Hasil (+) bila terjadi penggumpalan
9.       Resistensi terhadap novobiacin (NV)
Media                   :               Mueller Hinton Agar ( MH )
Bahan                   :               Biakan Murni
Cara kerja            :
a.       Ambil kapas lidi steril
b.      Celupkan dalam biakan murni
c.       Peras kapas lidi dengan memutarnya pada dinding abung
d.      Goreskan kapas lidi tadi pada media MH tiga arah
e.      Biarkan ± 5 menit
f.        Letakkan disk novobiocin di tengah2 media dengan menjepit disk dengan pinset , tekan supaya disk benar benar menempel pada media
g.       Inkubasi selama 35 -37 0C  selama 18 – 24 jam
h.      Ukur diameter zona inhibisi disk :
Hasil                               :               sensitive bila d  > 22 mm
                                                        Resisten bila d < 22 mm
                                                        Intermediet bila d = 22 mm

HARI KE III
1.       PEMBACAAN HASIL DAN DIAGNOSA :
MEDIA / TEST
 Hasil
Hasil
Hasil
TYEA solid
+
+
+
TYEA semi solid
+
+
+
Glukosa
+/g-
+/g-
+/g-
Manitol
+/g-
-
+/g-
Saccarosa
+/g-
+/g-
+/g-
Koagulase
+
-
-
Resistensi test
Sensitive
Sensitive
Resisten
Diagnose
S. aureus
S. Epidermidis
S.saprophylicus