BAB
I
PENDAHULUAN
Semua makhluk hidup pasti memiliki
darah (kecuali tumbuhan). Darah merupakan cairan tingkat tinggi yang
berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan
tubuh terhadap virus maupun bakteri. Darah sangatlah penting untuk kesehatan di
dalam kehidupan kita. Jika kita terkena luka bisa menyebabkan kehilangan darah
yang parah. Trombosit menyebabkan darah membeku, menutup luka kecil, tetapi
luka besar perlu dirawat dengan segera untuk mencegah terjadinya kekurangan darah.
Kerusakan pada organ dalam bisa menyebabkan luka dalam yang parah atau
hemorrhage. Hemofilia merupakan kelainan genetik yang menyebabkan
kegagalan fungsi dalam pembekuan darah seseorang. Akibatnya, luka kecil dapat
membahayakan nyawa.
Faktor-faktor
Pembekuan Darah
I.
Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang
tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi
trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah
afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
II.
Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang
merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa)
oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan.
Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor
menyebabkan hypoprothrombinemia.
III.
Jaringan Tromboplastin: koagulasi
faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak
dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin
ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut
juga faktor jaringan.
IV.
Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan
dalam berbagai fase pembekuan darah.
V.
Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam
serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur.
Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif.
Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan
berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat
keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
VI.
–
VII.
Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi
ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan
mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang
mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan
kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum
prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.
VIII.
Antihemophilic faktor, sebuah faktor
koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur
intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam kolaborasi dengan faktor von
Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah
resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic
globulin dan faktor antihemophilic A.
IX.
Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor
koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik
dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di
hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
X.
Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan
yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik
jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan.
Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor
V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan
prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan
koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan
disebut juga thrombokinase.
XI.
Tromboplastin plasma yg di
atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari
koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan
faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.
XII.
Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang
diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai
jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor
ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
XIII.
Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor
koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi
stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk
pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang
hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang
diaktifkan juga disebut transglutaminase.
BAB II
KELAINAN FAKTOR
PEMBEKUAN DARAH
Kelainan akibat faktor
pembekuan darah terbagi menjadi dua berdasarkankan asalnya yakni :
1.
Keturunan ( Kongenital)
Yang disebakan oleh defisiensi protein, koagulasi dan
herediter (bawaan).
Contohnya : Hemofilia, penyakit Von Willebrand, Defek XII
(Hageman).
2.
Didapat ( Akuista )
Disebabkan oleh defisiensi vitamin C, penyakit hati,
koagulapati konsumsi, dan inhibitor dalam sirkulasi. Contoh : Penyakit
hemoragik pada Neonatus, Malabsorbsi Vitamin K,
penyakit Hati, Disseminated Intravaascular Coagulation>
1.
KONGENITAL
A. HEMOFILIA
Hemofilia berasal dari
bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang
berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang.
Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari
ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan. Darah pada seorang
penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses
pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak
orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses
pembekuan darahnya. Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan
perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan,
atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan
aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan
kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan
jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti
perdarahan pada otak.
Hemofilia terbagi atas tiga jenis,
yaitu :
Ø Hemofilia A
dikenal juga dengan nama Hemofilia Klasik; karena jenis
hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah.
Hemofilia A kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor
VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan
darah.
Ø Hemofilia B
Dikenal juga dengan nama Christmas Disease karena
di temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas asal
Kanada. Hemofilia B disebabkan kekurangan Factor IX pada darah yang menyebabkan
masalah pada proses pembekuan darah.
Ø Hemofilia C
Disebabkan oleh kekekurangan factor XI.
Tingkatan
Hemofilia
Hemofilia dapat di golongkan dalam 3
tingkatan, yaitu :
|
Penderita hemofilia parah/berat yang
hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX kurang dari 1% dari jumlah
normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali perdarahan dalam
sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas.
Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan
hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu
berat, seperti olah raga yang berlebihan. Penderita hemofilia ringan lebih
jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami masalah perdarahan hanya dalam
situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau mangalami luka yang serius.
Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami perdarahan lebih pada saat
mengalami menstruasi.
·
Perempuan mempunyai 2 kromosom X (XX), sedangkan
laki laki mempunyai 1 kromosom X dan 1
kromosom Y (XY). Gen yang mengatur produksi faktor pembekuan darah terdapat
pada kromosom X.
·
Kromosom yang mengandung gen hemofilia
umumnya dilambangkan dengan Xh. Perempuan yang memiliki gen hemofilia disebut
dengan carrier atau pembawa sifat (XhX). Pada umumnya, perempuan pembawa sifat
tidak menderita hemofilia, tetapi kadangkala saja mereka menunjukkan gejala
hemofilia.
·
Apabila seorang laki - laki hemofilia (XhY) menikah
dengan seorang perempuan yang normal (XX), maka kemungkinan anak mereka adalah
laki - laki normal (XY) dan perempuan pembawa sifat (XhX).
·
Perempuan pembawa sifat akan mewariskan gen hemofilia
pada anak laki - laki maupun perempuan. Bila anak laki - laki yang mewarisi gen
hemofilia (XhY) maka anak laki - laki tersebut menderita hemofilia. Bila anak
perempuan yang mewarisi gen hemofilia (XhX) maka anak perempuan tersebut adalah
carrier (pembawa sifat).
Proses Pembekuan
Gangguan
itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang dari jumlah
normal, bahkan hampir tidak ada. Perbedaan proses pembekuan darah yang terjadi
antara orang normal (Gambar 1) dengan penderita hemofilia (Gambar 2).
Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan pembuluh darah
yang terluka di dalam darah tersebut terdapat faktor-faktor pembeku yaitu zat
yang berperan dalam menghentukan perdarahan.
Gambar
1:
a. Ketika
mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat
darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.
b. Pembuluh darah
mengerut/ mengecil.
c. Keping darah
(trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
d. Faktor-faktor
pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan menutup
luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh.
Gambar 2 :
a. Ketika
mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran
tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.
b. Pembuluh
darah mengerut/ mengecil.
c. Keping
darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
d. Kekurangan
jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka tidak
terbentuk sempurna, sehingga darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh.
A. Hemofilia
A
Sinonim:
·
hemofilia klasik,
·
defisiensi faktor antihemofilia (AHF),
·
deficiency of functional plasma
coagulation factor VIII,
·
factor VIII deficiency,
·
dysfunctional factor VIII.
Penyebab:
Mutasi genetik yang didapat
(acquired) atau diturunkan (inherited), adanya acquired factor VIII inhibitor.
Sejumlah 45% hemofilia A yang berat merupakan hasil dari mutasi inversion.
Gejala/Tanda:
Kecenderungan
mudah terjadi perdarahan (hemorrhage), yang ditandai: muntah/berak darah, nyeri
perut, nyeri/kaku sendi, mimisan (epistaxis), sakit kepala, kaku leher, ngantuk
(lethargy), dll. Perdarahan yang umum dijumpai adalah hematoma (bengkak yang
berisi darah), dapat berupa memar kebiruan di berbagai bagian tubuh dan
hemarthrosis atau perdarahan yang sukar berhenti. Perdarahan ke dalam sendi
siku, lutut, dan pergelangan kaki menyebabkan rasa nyeri disertai pembengkakan
dan gerak seni yang terbatas. Akhirnya sendi yang tak dapat digunakan, tak dapat
digerakkan. Tanda-tanda perdarahan; umum: tachycardia(denyut jantung > 100 X
per menit), tachypnea (nafas cepat), tekanan darah rendah (hypotension).
Spesifik: meningismus (gejala awal meningitis, tanpa disertai peradangan),
nyeri kandung kemih, nyeri saat bergerak, sumbatan jalan nafas (airway
obstruction), dll.
Diagnosis Laboratorium
Laboratorium
menunjukkan defisiensi faktor VIII, nilai PTT (partial thromboplastin time)
amat memanjang, sedangkan waktu protrombin (prothrombin time/PT), jumlah
trombosit, dan waktu perdarahan normal. TGT (thromboplastin generation test) /
differential APTT dengan plasma abnormal. Kadar faktor IX normal.
Terapi:
Transfusi
kriopresipitat atau konsentrat faktor VIII dengan dosis 0,5 x BB (dalam Kg) x
kadar yang diinginkan (dalam %). Faktor VIII juga diberikan untuk persiapan
tindakan operasi, seperti: cabut gigi, sirkumsisi (sunat), dll. Factor
VIII–containing products, misalnya: factor VIII pooled plasma (ultrapure
preparations recommended), factor VIII recombinant product – produk sintetis,
fresh frozen plasma (FFP) – produk darah. Antifibrinolytics, misalnya: epsilon
aminocaproic acid (Amicar). Agents antihemofilik – agents ini meningkatkan
kadar plasma faktor VIII, contohnya: 1-deamino-8-D-arginine vasopressin (desmopressin
acetate, DDAVP). Perhatian: Hindari aspirin. Cegah terjadinya perdarahan
dengan menghindari trauma (kontak fisik), misalnya: oloahraga beladiri, tinju,
gulat, sepakbola. Berikan vaksin hepatitis B sejak bayi karena individu akan
terpajan produk darah seumur hidup. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan pula
tanda-tanda yang berhubungan dengan HIV/AIDS dan Hepatitis.
Catatan: Sekitar 80-85% kasus
hemofilia adalah hemofilia A. Insidensi (angka kejadiannya) 1:10.000. Secara
klinis gejala/tanda hemofilia A dan B sulit dibedakan, kecuali dengan
pemeriksaan laboratorium khusus. Tiap janin laki-laki dari ibu pengemban bakat
hemofilia berisiko 50% menderita penyakit ini.
B. Hemofilia
B
Sinonim:
·
Penyakit Christmas,
·
defisiensi faktor IX,
·
hemophilia type B,
·
factor IX deficiency,
·
dysfunctional factor IX,
·
deficiency of functional plasma
coagulation factor IX.
Penyebab:
Defisiensi functional plasma
coagulation factor IX, mutasi spontan, dan proses imunologis yang didapat
(acquired).
Gejala/Tanda:
Seperti hemofilia A, hasil
Laboratorium sedikit berbeda.
Diagnosis Laboratorium
Hasil Laboratorium menunjukkan
defisiensi faktor IX, nilai PTT (partial thromboplastin time) amat memanjang,
sedangkan waktu protrombin (prothrombin time / PT) dan waktu perdarahan normal.
TGT (thromboplastin generation test) / differential APTT dengan serum abnormal.
Kadar faktor VIII normal.
Terapi:
Faktor
IX dengan dosis 40-50 U/Kg setiap 24 jam. Faktor IX juga diberikan untuk
persiapan tindakan operasi, seperti: cabut gigi, khitan (sunat), dll. Produk
yang mengandung faktor IX, contohnya: factor IX complex
concentrates,coagulation factor IX concentrates, factor IX recombinant product
(sintetik faktor IX), fresh frozen plasma/FFP (produk darah).
Antifibrinolytics, misal: epsilon aminocaproic acid (Amicar).Perhatian:
Semua penderita hemofilia B harus divaksin hepatitis. Sekitar 25% anak-anak dan
remaja dengan hemofilia yang berusia 6-18 tahun memiliki keterampilan kognitif
di bawah normal dan memiliki lebih banyak menemui masalah emosional dan
perilaku daripada individu lainnya. Penyebab kematian pada hemofilia berat
umumnya adalah AIDS.
Catatan:
Prevalensi
hemofilia B adalah 1 tiap 60.000 orang, sumber lain menyebutkan 1 tiap 100 ribu
orang. Biasanya terjadi di masa anak-anak. Hemophilia A dan B diturunkan
(inherited) secara X-linked recessive pattern sehingga umumnya pria sebagai
penderita dan wanita sebagai pembawa sifat. Gen untuk faktor VIII dan IX
terletak di ujung lengan panjang (q) kromosom X.
C. Hemofilia
C
Sinonim:
·
Defisiensi faktor XI,
·
plasma thromboplastin antecedent (PTA)
deficiency,
·
factor XI deficiency,
·
Rosenthal syndrome.
Penyebab:
Kekurangan
(defisiensi) faktor XI di plasma dan mutasi di gen faktor XI.
Gejala/Tanda:
Luka
(memar) di tempat yang tak biasa. Pucat (pallor), lelah (fatigue),
dantachycardia (jantung berdetak > 100 x per menit) disertai perdarahan
hebat (excessive bleeding). Perdarahan paska operasi dan paska trauma (luka).
Kadang juga mengalami epistaksis (mimisan), hematuria (kencing bercampur
darah). Pada wanita, menoragia (menstruasi memanjang). Perdarahan spontan
jarang. Defisiensi berat tidak otomatis mengalami perdarahan spontan.
Perdarahan paling umum terjadi setelah prosedur bedah (surgery) yang melibatkan
membran mukosa (mucosal membranes).
Diagnosis Laboratorium
Hasil
Laboratorium menunjukkan defisiensi faktor XI, nilai aPTT (activated partial
thromboplastin time) memanjang, sedangkan waktu protrombin (prothrombin time /
PT), waktu trombin (thrombin time / TT), dan waktu perdarahan normal.
Terapi:
Terapi
penggantian untuk episode perdarahan dilakukan dengan plasma beku segar. Terapi
plasma dengan dosis 10-15 mL/Kg tiap 24 jam efektif. Produk plasma, misalnya:
fresh-frozen plasmaga (FFP), solvent-detergent–treated FFP.Factor XI
concentrates. Perekat fibrin (fibrin glue), contohnya: fibrin sealant (Tisseel
VH). Antifibrinolytic agents, seperti: aminocaproic acid (Amicar). Perhatian:
Untuk penderita hemofilia C, vaksinasi hepatitis A dan B sebaiknya diperbarui.
Catatan: Prevalensinya
1 kasus setiap 100 ribu populasi. Di United Kingdom, ada 383 pasien hemofilia C
dari 58 juta orang. Terbanyak pada suku bangsa Ashkenazi dan keturunan Yahudi
Irak (Iraqi Jewish). Defisiensi faktor XI didapat (acquired) dijumpai pula pada
penderita systemic lupus erythematosus dan penyakit imunologis lainnya. Pada
bayi (infant) yang normal, kadar faktor XIc memang rendah sampai berusia lebih
dari 6 bulan.
B. PENYAKIT
VON WILLEBRAND
A. Pengertian
Von Willebrand
Penyakit (VWD) adalah
koagulasi herediter yang paling umum kelainan dijelaskan pada manusia, meskipun juga dapat diperoleh sebagai hasil dari kondisi medis lainnya.
Ini muncul dari kekurangan
kualitatif atau kuantitatif dari faktor von
Willebrand (vWF), sebuah protein multimerik
yang diperlukan untuk adhesi trombosit. Hal ini diketahui mempengaruhi manusia dan anjing. Ada empat jenis vWD
keturunan. Faktor-faktor lain termasuk kelompok darah ABO juga dapat berperan dalam keparahan kondisi.
Gen vWF
terletak pada kromosom dua belas (12p13.2). Memiliki 52 ekson mencakup
178kbp. Jenis 1
dan 2 diwariskan sebagai sifat
dominan autosom dan
tipe 3 diwariskan sebagai resesif autosomal. Kadang kadang tipe 2 juga mewarisi resesif. Prevalensi vWD adalah
sekitar 1 dalam 100 individu.
Namun sebagian besar orang-orang ini
tidak memiliki gejala. Prevalensi kasus klinis
yang signifikan adalah 100 per
juta. Dia pertama kali dijelaskan
pada tahun 1926.
AcquireVonWillebrandPenyakit
VWD Acquired dapat terjadi pada pasien dengan autoantibodi. Dalam hal ini fungsi vWF tidak terhambat tetapi kompleks vWF-antibodi dengan cepat dibersihkan dari sirkulasi. VWD Acquired juga telah dijelaskan dalam gangguan berikut: tumor Wilms, hipotiroidisme dan dysplasias mesenchymal.
VWD Acquired dapat terjadi pada pasien dengan autoantibodi. Dalam hal ini fungsi vWF tidak terhambat tetapi kompleks vWF-antibodi dengan cepat dibersihkan dari sirkulasi. VWD Acquired juga telah dijelaskan dalam gangguan berikut: tumor Wilms, hipotiroidisme dan dysplasias mesenchymal.
B. Klasifikasi
Ada empat jenis waris vWD
dijelaskan - tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan platelet-tipe. Ada diwariskan dan
diperoleh bentuk vWD. Kebanyakan kasus adalah turun-temurun, tetapi''
mengakuisisi'' bentuk vWD telah dijelaskan. Masyarakat Internasional tentang
Thrombosis and Haemostasis itu (ISTH) klasifikasi tergantung pada definisi
cacat kualitatif dan kuantitatif.
1. Tipe
1
Tipe 1 vWD (60-80% dari semua kasus
vWD) adalah cacat kuantitatif (heterozigot untuk gen cacat) tetapi mungkin tidak
jelas gangguan pembekuan, sebagian besar pasien biasanya berakhir menjalani
hidup mendekati normal. Masalah mungkin timbul dalam bentuk perdarahan operasi
berikut (termasuk prosedur gigi), terlihat mudah (periode berat) memar, atau
menorrhagia. Penurunan kadar vWF terdeteksi (10-45% dari normal yaitu 10-45 IU.
2. Tipe
2
Tipe 2 vWD (20-30%) adalah cacat
kualitatif dan kecenderungan perdarahan dapat bervariasi antara individu. Ada
tingkat normal vWF, tetapi multimers secara struktural abnormal, atau sub kelompok
multimers besar atau kecil tidak ada. Empat subtipe ada: 2A, 2B, 2M dan 2N.
·
Tipe 2A
Tipe 2A adalah kelainan sintesis
atau proteolitik dari multimers vWF mengakibatkan adanya unit multimer kecil di
sirkulasi. Faktor VIII mengikat adalahnormal.Memilikiristocetin proporsiona
lrendahko faktor aktivitas dibandingkan dengan antigen von Willebrand itu.
·
Tipe 2B
Ini adalah "keuntungan
fungsi" cacat menuju mengikat spontan untuk trombosit dan pembersihan
cepat berikutnya dari trombosit dan multimers vWF besar. Sebuah trombositopenia
ringan dapat terjadi. Para vWF besar multimers tidak hadir dalam sirkulasi dan
faktor VIII mengikat adalah normal. Seperti 2A jenis, RiCof: vWF assay antigen
rendah ketika platelet-miskin plasma pasien yang diuji terhadap formalin-fixed,
donor trombosit normal. Namun, ketika metode analisis dilakukan dengan
trombosit pasien sendiri ("platelet-kaya plasma"), jumlah yang lebih
rendah dari yang normal ristocetin menyebabkan agregasi terjadi. Hal ini karena
multimers vWF besar sisa terikat trombosit pasien. Pasien dengan jenis
sub-tidak dapat menggunakan desmopressin sebagai pengobatan untuk perdarahan,
karena dapat mengakibatkan agregasi platelet yang tidak diinginkan.
·
Jenis 2M
Hal ini disebabkan oleh mengikat
menurun atau tidak ada untuk GPIB pada platelet. Faktor VIII mengikat adalah
normal.
·
Jenis 2N (Normandia)
Ini adalah kekurangan pengikatan
vWF untuk faktor VIII. Jenis ini memberikan tingkat antigen vWF yang normal dan
normal hasil tes fungsional namun memiliki faktor VIII rendah. Hal ini mungkin
menyebabkan beberapa pasien 2N yang misdiagnosed di masa lalu memiliki
hemofilia A, dan harus dicurigai jika pasien memiliki temuan klinis hemofilia A
tetapi silsilah menyarankan autosom, bukan X-linked, warisan.
3. Tipe
3
Tipe 3 adalah bentuk yang paling
parah vWD (homozigot untuk gen cacat) dan mungkin mengalami perdarahan mukosa
parah, tidak ada antigen vWF terdeteksi, dan mungkin memiliki faktor VIII yang
cukup rendah bahwa mereka memiliki hemarthroses sesekali (pendarahan sendi),
seperti dalam kasus ringan hemofilia.
4. platelet
tipe / Trombosit tipe /pseudo-vWD
Platelet-jenis vWD merupakan tipe
dominan autosomal dari vWD disebabkan oleh keuntungan mutasi fungsi dari
reseptor vWF pada trombosit, khusus, rantai alfa dari reseptor glikoprotein Ib
(GPIB). Protein ini merupakan bagian dari kompleks yang lebih besar (GPIB / V /
IX) yang membentuk reseptor vWF penuh pada platelet. Kegiatan ristocetin dan
hilangnya multimers vWF besar mirip dengan tipe 2B, tapi pengujian genetik vWF
akan mengungkapkan ada mutasi.
C.
Gejala
Berbagai
jenis vWD hadir dengan berbagai tingkat kecenderungan perdarahan, biasanya
dalam bentuk yang mudah memar, mimisan dan gusi berdarah. Perempuan mungkin
mengalami periode menstruasi berat dan kehilangan darah selama bersalinan.
Perdarahan internal atau sendi yang parah jarang terjadi (yang hanya terjadi
pada tipe 3 vWD).
D.
Diagnosa
Ketika dicurigai,
plasma darah
pasien
perlu diselidiki
kekurangan
kuantitatif dan
kualitatif
vWF.
Hal ini dicapai dengan
mengukur jumlah
vWF
dalam uji
antigen
vWF
dan fungsi
vWF
dengan
glikoprotein
(GP)
assay Ib
mengikat,
alat tes
kolagen
yang mengikat atau,
a''
ristocetin
kofaktor
aktivitas''
(RiCof) atau ristocetin''
diinduksi
aglutinasi
platelet''
(RIPA) tes. Faktor
VIII tingkat
juga dilakukan
karena
faktor VIII
terikat untuk
vWF
yang melindungi
faktor VIII
dari
kerusakan
yang cepat
dalam
darah.
Defisiensi
vWF
oleh karena itu
dapat menyebabkan
penurunan tingkat
faktor VIII.
Tingkat normal tidak
mengecualikan semua
bentuk vWD:
Khususnya tipe
2 yang
hanya dapat
diungkapkan dengan
menyelidiki interaksi
trombosit
dengan
subendothelium
bawah
aliran (PAF),
sebuah studi koagulasi
sangat khusus
tidak rutin dilakukan
di laboratorium
medis yang paling.
Sebuah uji
agregasi
trombosit
akan menunjukkan
respon abnormal terhadap
ristocetin
dengan respon
normal terhadap
agonis
lain yang digunakan.
Sebuah uji
fungsi platelet
(PFA)
akan memberikan waktu
kolagen
/
adrenalin
penutupan
abnormal dan
dalam kebanyakan kasus
(tidak
semua) normal
kolagen
/
ADP
waktu.
Jenis
2N
hanya dapat didiagnosis
dengan melakukan
"faktor
VIII
mengikat"
assay.
Deteksi
vWD
rumit oleh
vWF
menjadi seorang
reaktan
fase akut
dengan tingkat
kenaikan dalam infeksi , kehamilan dan stress.
Pemeriksaan lainnya
dilakukan di
semua pasien dengan
masalah
perdarahan
adalah
hitung darah lengkap
(jumlah
trombosit
terutama),
APTT
(diaktifkan
parsial
tromboplastin
waktu),
waktu protrombin,
waktu trombin
dan
kadar fibrinogen.
Pengujian
untuk faktor
IX
juga dapat dilakukan
jika
hemofilia B
dicurigai.
Tes
koagulasi
lain
faktor
dapat dilakukan
tergantung
pada hasil
layar
koagulasi.
Pasien dengan penyakit
Von
Willebrand
biasanya
akan menampilkan
waktu
protrombin
normal dan
perpanjangan
variabel
waktu tromboplastin
parsial.
C. DEFEK
HAGEMAN
Hageman faktor pertama kali ditemukan pada tahun 1955 ketika sampel darah
rutin pra operasi dari tukang rem 37 tahun kereta api John Hageman (1918)
ditemukan memiliki waktu pembekuan lama dalam tabung reaksi, meskipun ia tidak
memiliki gejala hemoragik. Hageman kemudian diperiksa oleh Dr Oscar
Ratnoff yang menemukan bahwa Mr. Hageman kekurangan faktor pembekuan sebelumnya
tak dikenal.
Dr Ratnoff kemudian
menemukan bahwa kekurangan faktor Hageman adalah autosomal
resesif gangguan, ketika memeriksa orang-orang terkait yang memiliki beberapa
kekurangannya.
Paradoksnya, emboli
paru menyebabkan
kematian Hageman setelah kecelakaan kerja. Sejak itu, studi seri kasus
klinis mengidentifikasi hubungan antara trombosisdan kekurangan
Factor XII. hepatosit ekspres
pembekuan darah faktor XII. Koagulasi
Faktor XII juga dikenal sebagai faktor hagemen.
Kekurangan
Faktor XII adalah gangguan langka yang diwariskan secara
resesif autosom. Tidak seperti kekurangan faktor pembekuan, faktor
kekurangan XII sama sekali tanpa gejala dan tidak menyebabkan perdarahan
berlebih. Hal ini benar karena secara in vivo faktor XII
memainkan sedikit bagian dalam pembentukan gumpalan jalur intrinsik bukan yang diaktifkan
sebagian besar pada faktor XI oleh trombin yang dihasilkan oleh jalur
ekstrinsik. Faktor XII tidak memainkan
peran penting dalam pembentukan bekuan selama dalam pengukuran in vitro dari waktu tromboplastin parsial namun menyebabkan pengukuran
ini akan nyata berkepanjangan pada
pasien dengan defisiensi factor XII biasanya jauh melampaui bahkan apa yang
dilihat di hemofilia A hemofilia B atau faktor kekurangan XI. Akibatnya, perhatian utama
yang berkaitan dengan defisiensi factor XII adalah pengujian yang tidak perlu,
penundaan dalam perawatan, khawatir, dll yang mungkin akan diminta oleh hasil
laboratorium yang abnormal. Semua ini,
termasuk mekanisme warisan, juga berlaku untuk faktor-faktor kontak lain,
prekallikrein (Fletcher faktor)
dan tinggi berat molekul kininogen. Tingkat normal atau kelebihan faktor
XII dapat mempengaruhi terhadap risiko yang lebih besar trombosis vena karena faktor peran XII
sebagai salah satu katalis untuk konversi dari plasminogen menjadi bentuk aktif
fibrinolitik atas plasmin
2.
AKUISTA/DI DAPAT
A.
DEFISIENSI VITAMIN K
Vitamin K merupakan kebutuhan
vital untuk sintesis beberapa protein, termasuk dalam pembekuan darah. Vitamin
K disebut juga vitamin koagulasi karena bertugas menjaga konsistensi
aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Di samping itu, vitamin K juga
dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal. Kebanyakan
sumber vitamin K di dalam tubuh adalah hasil sintesis bakteri di dalam sistem
pncernaan.
Penyerapan
vitamin K memerlukan penyerapan lemak yang normal. Malabsorbsi lemak merupakan
penyebab paling sering timbulnya defisiensi vitamin K. Derivat vitamin K dalam
bentuk alami hanya diserap bila ada garamgaram empedu, seperti lipid lainnya,
dan didistribusikan dalam aliran darah lewat system limfatik dalam kilomikron.
Menadion, yang larut dalam air , diserap bahkan dalam keadaan tanpa adanya
garamgaram empedu, dengan melintas langsung ke dalam vena porta hati. Vitamin
K ternyata terlibat dalam pemeliharaan kadar normal factor pembekuan darah II,
VII, IX dan X, yang semuanya disintesis di dalam hati mula- mula sebagai
precursor inaktif.
Vitamin
K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentu residu
karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase yang tergantung
vitamin K terjadi dalam retikulum endoplasmic. Banyak jaringan dan memerlukan
oksigen molekuler, karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K dan
di dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi karboksilase diubah oleh
enzim 2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K dengan menggunakan
zat pereduksi ditiol yang masih belum teridentifikasi. Reduksi selanjutnya
bentuk kuinon menjadi hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk menghasilkan
kembali bentuk aktif vitamin tersebut.
Defisiensi
atau kekurangan vitamin K dapat menyebabkan terjadinya penyakit hemoragik pada
bayi baru lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta tidak meneruskan vitamin K
secara efisien. Vitamin K tersebar luas dalam jaringan tanaman dan hewan yang
digunakan sebagai bahan makanan dan produksi vitamin K oleh mikroflora
intestinal pada hakekatnya menjamin tidak terjadinya defisiensi vitamin K.
Defisiensi
vitamin K dapat terjadi oleh malabsorbsi lemak yang mungkin menyertai disfungsi
pancreas, penyakit biliaris, atrofi mukosa intestinal atau penyebab steatore
lainnya.Di samping itu, sterilisasi usus besar oleh antibiotik juga dapat
mengakibatkan defisiensi vitamin K. Bila
dicurigai adanya kekurangan vitamin K, dilakukan pemeriksaan darah untuk
mengukur kadar protrombin, salah satu faktor pembekuan darah yang memerlukan
vitamin K. Kadar yang rendah (kurang dari 50% dari normal) menunjukkan adanya
kekurangan vitamin K. Tetapi kadar protrombin yang rendah juga dapat disebabkan
oleh obat antikoagulan atau kerusakan hati.
Biasanya
diagnosa akan semakin kuat jika setelah penyuntikkan vitamin K, terdapat
peningkatan kadar protrombin dalam beberapa jam dan perdarahan berhenti dalam
3-6 jam. Jika penderita memiliki penyakit hati yang berat, hati tidak mampu
mensintesa faktor pembekuan walaupun telah disuntikkan vitamin K. Pada kasus
seperti ini diperlukan transfusi plasma untuk melengkapi faktor-faktor
pembekuan.
Kekurangan
Vitamin K dapat memanifestasikan dirinya dalam bentuk gejala-gejala berikut ini
:
Ø Luka akibat pendarahan yang berlebihan
Ø Pendarahan gastrointestinal
Ø Perdarahan menstruasi berat
Ø Gusi berdarah
Ø Pendarahan ovarium
Ø Perdarahan pada bagian Mata
Ø Penyakit demam pada bayi baru lahir
Ø Pembekuan berkepanjangan
Ø Urin berwarna
Ø Darah dalam urin
Ø Mudah memar
Ø Hiperkalsiuria
Ø Pengapuran jaringan lunak, terutama katup
jantung
Ø Mudah patah tulang
B.
PENYAKIT HATI
a. Definisi
Penyakit hati adalah suatu istilah untuk
sekumpulan kondisi-kondisi, penyakit-penyakit dan infeksi-infeksi yang
mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan fungsi dari hati.
b.
Fungsi
Hati
Hati
adalah suatu organ penting terletak di kwadran kanan atas abdomen. Dia
bertanggung jawab untuk:
·
Menyaring
darah
·
Membuat
empedu, suatu zat yang membantu pencernaan lemak
·
Memproses
dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk kolesterol. Gabungan
lemak dan protein disebut lipoprotein (Chylomicron, VLDL, LDL, HDL), menyimpan
gula dan membantu tubuh untuk mengangkut dan menghemat energi.
·
Membuat
protein-protein penting, seperti kebanyakan yang terlibat pada pembekuan darah
·
Memetabolisme
banyak obat-obatan seperti barbiturates, sedatives, and amphetamines
·
Menyimpan
besi, tembaga, vitamin A dan D, dan beberapa dari vitamin B
·
Membuat
protein-protein penting seperti albumin yang mengatur
pengakutan cairan didalam darah dan ginjal
·
Membantu
mengurai dan mendaurulang sel-sel darah merah
Jika
hati menjadi radang atau terinfeksi, maka kemampuannya untuk melaksanakan
fungsi-fungsi ini jadi melemah. Penyakit hati dan infeksi-infeksi adalah
disebabkan oleh suatu kondisi yang bervariasi termasuk infeksi virus, serangan
bakteri, dan perubahan kimia atau fisik didalam tubuh. Penyebab yang paling
umum dari kerusakan hati adalah kurang gizi (malnutrition), terutama yang terjadi
dengan kecanduan alkohol.
Gejala-gejala
penyakit hati mungkin akut, terjadi tiba-tiba, atau kronis, berkembang perlahan
melalui suatu periode waktu yang lama. Penyakit hati kronis adalah jauh lebih
umum dari pada yang akut. Angka dari penyakit hati kronis dari laki-laki adalah
dua kali lebih tinggi dari wanita. Penyakit hati dapat menjangkau dari ringan
sampai berat tergantung dari tipe penyakit yang hadir.
c. Tanda dan Gejala Penyakit
Gejala-gejala
sebagian tergantung dari tipe dan jangkaun penyakit hatinya. Pada banyak kasus,
mungkin tidak terdapat gejala. Tanda-tanda dan gejala-gejala yang umum pada
sejumlah tipe-tipe berbeda dari penyakit hati termasuk:
·
Jaundice
atau kekuningan kulit
·
Urin
yang coklat seperti teh
·
Mual
·
Hilang
selera makan
·
Kehilangan
atau kenaikan berat tubuh yang abnormal
·
Muntah
·
Diare
·
Warna
tinja (feces)yang pucat
·
Nyeri
abdomen (perut) pada bagian kanan atas perut
·
Tidak
enak badan (malaise) atau perasaan sakit yang kabur
·
Gatal-gatal
·
Varises
(pembesaran pembuluh vena)
·
Kelelahan
·
Hipoglikemia
(kadar gula darah rendah)
·
Demam
ringan
·
Sakit
otot-otot
·
Libido
berkurang (gairah sex berkurang)
·
Depresi
Suatu
bentuk parah yang jarang dari infeksi hati disebut acute fulminant hepatitis,
menyebabkan gagal hati. Gejala-gejala dari gagal hati termasuk:
·
Aplastic
anemia, suatu keadaan dimana sumsum tulang (bone marrow) tidak dapat membuat
sel-sel darah
·
Ascites,
terkumpulnya cairan didalam abdomen
·
Edema
atau bengkak dibawah kulit
·
Encephalopathy,
kelainan yang mempengaruhi fungsi-fungsi otak
·
Hati
yang membesar dan perih (sakit)
·
Limpa
membesar
·
Perubahan
dalam status mental atau tingkat kesadaran
·
Rentan
terhadap perdarahan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN IMAGING
- Breath
test dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam
memetabolisir sejumlah obat.
Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan) maupun intravena (melalui pembuluh darah). Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati. - USG
menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan
saluran empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan
struktural, seperti tumor. USG merupakan pemeriksaan paling murah, paling
aman dan paling peka untuk memberikan gambaran dari kandung empedu dan saluran
empedu.
Dengan USG, dokter dengan mudah bisa mengetahui adanya batu empedu di dalam kandung empedu. USG dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan funsi sel hati. - Imaging
radionuklida (radioisotop) menggunakan bahan yang mengandung
perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan diikat oleh organ
tertentu.
Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma yang dipasangkan pada sebuah komputer. - Skening
hati merupakan penggambaran radionuklida yang
menggunakan substansi radioaktif, yang diikat oleh sel-sel hati.
- Koleskintigrafi
menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran
empedu.
- Pemeriksaan
ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu (kolesistitis).
- CT scan bisa
memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk
mencari tumor. Pemeriksaan ini bisa
menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti perlemakan hati (fatty
liver) dan jaringan hati yang menebal secara abnormal (hemokromatosis).
Tetapi karena menggunakan sinar X dan biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak digunakan. - MRI
memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan.
Pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus berbaring dalam ruangan yang sempit, menyebabkan beberapa penderita mengalami klaustrofobia (takut akan tempat sempit). - Kolangiopankreatografi
endoskopik retrograd merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi
dimasukkan ke dalam mulut, melewati lambung dan usus dua belas jari,
menuju ke saluran empedu. Pemeriksaan
ini menyebabkan peradangan pada pankreas (pankreatitis) pada 3-5%
penderita.
- Kolangiografi
transhepatik perkutaneus menggunakan jarum panjang yang
dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian disuntikkan zat radiopak
ke dalam salah satu dari saluran empedu.
- Kolangiografi
operatif menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada
rontgen.
Selama suatu pembedahan, zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu.
Foto rontgen akan menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu. - Foto rontgen sederhana sering
bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.
TES FUNGSI HATI
Sebagian besar
pemeriksaan bertujuan untuk mengukur kadar enzim atau bahan-bahan lainnya dalam
darah, sebagai cara untuk mendiagnosis kelainan di hati.
Pemeriksaan
|
Untuk Mengukur
|
Hasil Pemeriksaan Menunjukkan
|
Alkalin Fosfatase
|
Enzim yg dihasilkan di dalam hati, tulang &
plasenta;
yg dilepaskan ke hati bila terjadi cedera atau pada aktivitas normal tertentu, mis. pertumbuhan tulang atau kehamilan |
Penyumbatan saluran empedu, cedera hati & beberapa
kanker
|
Alanin Transaminase
(ALT) |
Enzim yg dihasilkan di hati, yg dilepaskan ke dalam
darah jika sel hati mengalami luka
|
Luka pada sel hati (mis. hepatitis)
|
Aspartat Transaminase
(AST) |
Enzim yg dilepaskan ke dalam darah jika hati, jantung,
otot atau otak mengalami luka
|
Luka di hati, jantung, otot atau otak
|
Bilirubin
|
Komponen dari cairan pencernaan (empedu) yg dihasilkan
oleh hati
|
Penyumbatan aliran empedu, kerusakan hati, pemecahan
sel darah merah yg berlebihan
|
Gamma-glutamil Transpeptidase
|
Enzim yg dihasilkan oleh hati, pankreas & ginjal; dilepaskan
ke dalam darah hika organ-organ tsb mengalami luka
|
Kerusakan organ, keracunan obat, penyalahgunaan
alkohol, penyakit pankreas
|
Laktik Dehidrogenase
|
Enzim yg dilepaskan ke dalam darah jika organ tertentu
mengalami luka
|
Kerusakan hati, jantung, paru-paru atau otak &
pemecahan sel darah merah yg berlebihan
|
5-nukleotidase
|
Enzim yg hanya terdapat di hati; dilepaskan ke dalam
darah jika hati mengalami cedera
|
Penyumbatan saluran empedu atau gangguan aliran empedu
|
Albumin
|
Protein yg dihasilkan oleh hati & secara normal
dilepaskan ke dalam darah;
salah satu fungsinya adalah menahan cairan dalam pembuluh darah |
Kerusakan hati
|
Alfa-fetoprotein
|
Protein yg dihasilkan oleh hati janin dan buah zakar (testis)
|
Hepatitis berat atau kanker hati atau kanker testis
|
Antibodi Mitokondrial
|
Antibodi untuk melawan mitokondria, merupakan komponen
sel sebelah dalam
|
Sirosis bilier primer & penyakit autoimun tertentu,
mis. hepatitis menahun yg aktif
|
Waktu Protombin
(Protombin Time) |
Waktu yg diperlukan darah untuk membeku
(pembekuan memerlukan vit. K & bahan-bahan yg dibuat oleh hati |
C.
DISSEMINATED INTRAVASKULAR COAGULATION ( DIC )
DIC
sebenarnya bukanlah nama diagnosa suatu penyakit dan DIC terjadi selalu
mengindikasikan adanya penyakit yang menjadi penyebabnya. Ada banyak sekali
penyebab terjadinya DIC. DIC ditandai dengan aktivasi sistemik dari system
pembekuan darah, yang menyebabkan reaksi generasi dan deposisi (pengendapan )
dari fibrin, menimbulkan thrombus microvaskuler di organ-organ tubuh sehingga
menyebabkan terjadinya multi organ failure. ( Levi, 1999 )
PATHOFISIOLOGI
Beberapa mekanisme yang terjadi
secara terus menerus pada DIC, penyebab utama terjadinya deposisi fibrin adalah
:
1. Faktor
jaringan, penyebab terjadinya generasi thrombin
2. Kegagalan
fisiologis mekanisme antikoagulan, seperti sistem antithrombin dan sistem
protein C yang menurunkan keseimbangan generasi thrombin.
3. Gagalnya
fibrin removal yang menyebabkan penurunan sistem fibrinolitik, perburukan
thrombolisis endogenous terutama disebabkan oleh tingginya tingkat sirkulasi
dari fibrinolitik PAI-1, aktifitas fibrinolitic meningkat dan menyebabkan
perdarahan.
MORTALITAS / MORBIDI
Kenyataannya, untuk kepentingan
klinik dari penurunan platelet dan faktor koagulasi pada pasien dengan
perdarahan atau pada pasien yang membutuhkan prosedur invasive sudah jelas,
namun deposisi fibrin intravaskuler sebagai hasil dari aktivasikoagulasi
sistemik dapat menyebabkan kegagalan organ dan mengakibatkan
kematian.Komplikasi thrombotik pada pasien DIC kadang kala terlihat, seperti
acral sianosis, perdarahan infark pada kulit, limb Ischemia. DIC merupakan
prediktor independen mortalitas pada pasien dengan sepsis dan trauma berat,
peningkatan beratnya DIC berhubungan langsung dengan peningkatan mortalitas.
DIC dapat terjadi pada semua jenis ras atau suku dan tidak ada batasan umur dan
jenis kelamin.
KLINIS
Gejala
DIC sering berhubungan langsung dengan kondisi penyebabnya, adanya riwayat
perdarahan dan hipovolume seperti perdarahan gastro intestin dan gejala dan
tanda thrombisis pada pembuluh darah yang besar seperti DVT dan thrombosis
mikrovaskuler seperti gagal ginjal, perdarahan dari setidaknya 3 daerah yang
tidak berhubungan langsung dengan DIC seperti :
- Epistaksis
- Perdarahan gusi
- Perdarahan Mukosal
- Batuk
- Dyspnea
- Bingung, disorientasi
- Demam
Kondisi yang dapat terjadi DIC
antara lain :
- Sepsis atau infeksi yang berat
- Trauma ( Polytrauma, neurotrauma,
emboli lemak )
- Kerusakan organ ( Pankreatitis
berat )
- Malignancy ( Penyakit yang
kondisinya buruk )
o Tumor padat
o Myeloproliferative/
lymphoproliferatif malignan
- Kehamilan yang sulit
o Emboli caitran amniotik
o Plasenta abrupsio
- Kelainan Vaskuler
o Kasaback-mereritt syndrom
o Aneurisma vaskuler yang besar
- Kerusakan hepar berat
- Reaksi toxic atau imunologi yang
berat
o Digigit ular
o Penggunaan obat-obatan terlarang
o Reaksi transfusi
o Kegagalan tranplantasi
Ada dua penyebab utama terjadinya
DIC yaitu :
1. Respon
inflamasi sistemik, menyebabkan aktivasi cytokine menimbulkan aktivasi
koagulasi ( sepsis, trauma mayor ).
2. Pelepasan
atau penyebaran material (fat, phospolipid ) prokoagulan kedalam pembuluh darah
( kanker, kasus kehamilan )
Pada keadaan tertentu kedua
penyebab diatas dapat terjadi secara bersamaan seperti pada kasus trauma mayor
atau nekrotik pankreatitis berat. Ada beberapa kondisi lain yang dapat
menyebabkan DIC yaitu :
1. Infeksi
bakteri
2. Trauma
berat
3. Tumor
padat dan hematologic malignan
4. Obstetrik
kalaminis ( Abrupsi placenta, emboli cairan omnion )
5. Kerusakan
vaskuler
6.
Penyebab lain termasuk keracunan berat
atau reaksi imunologi ( Reaksi transfusi ) atau reaksi inflamasi ( Acut
pankreatitis )
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak ada pemeriksaan yang spesifik
dan sensitif untuk menegakkan DIC, namun ada pemeriksaan yang dapat dikerjakan
:
1. Marker
molekul koagulasi atau fibrin formasi
2. Prothrombin
activation fragment PF1+2
3. PT,
aPTT, Antithrombin, FDPs.
4. Clotting
time
5. Factor pembekuan
6. Fibrinogen
7. D-dimer
8. Thrombin
time
9. Protamin test
10. Anemia
11. Penurunan
Factor pembekuan ( Faktor V,VIII, X, XIII, Protein C )
12. Hemoglobinuria
13.
Hematuria
BAB
IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Kelainan
akibat faktor pembekuan darah terbagi menjadi dua berdasarkankan
asalnya yakni :
1.
Keturunan ( Kongenital)
Yang disebakan oleh defisiensi protein, koagulasi dan
herediter (bawaan).
Contohnya : Hemofilia, penyakit Von Willebrand, Defek XII
(Hageman).
2.
Didapat ( Akuista )
Disebabkan oleh defisiensi vitamin C, penyakit hati,
koagulapati konsumsi, dan inhibitor dalam sirkulasi. Contoh : Penyakit
hemoragik pada Neonatus, Malabsorbsi Vitamin K,
penyakit Hati, Disseminated Intravaascular Coagulation.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar