LAPORAN PRAKTIKUM
IMUNOLOGI
Praktikum Ke- : 9 (Sembilan)
Hari/tanggal : Kamis / 14 Juni 2012
Materi : Pemeriksaan Widal Slide
Tujuan :
untuk mendiagnosa
penyakit Typus.
Metode : Aglutinasi Lateks
Prinsip :
memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam plasma penderita terhadap
antigen somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan sehingga
terjadi aglutinasi.
Bahan :
Plasma
Reagensia : Latex
Alat –alat :
·
Slide hitam
·
Klinipette
·
Pipet tetes
·
Tangkai pemngaduk
·
Rotator
·
Tempat sampah
·
Tissue
Landasan Teori :
Widal atau uji Widal adalah
prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteri Salmonella enterica yang
mengakibatkan penyakit Thipoid. Uji ini akan memperlihatkan reaksi antibodi
Salmonella terhadap antigen O-somatik dan H-flagellar di dalam darah.
Prinsip
Prinsip pemeriksaan adalah reaksi
aglutinasi yang terjadi bila plasma penderita dicampur dengan suspense antigen
Salmonella typhosa. Pemeriksaan yang positif ialah bila terjadi reaksi
aglutinasi antara antigen dan antibodi (agglutinin). Antigen yang digunakan
pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah dalam laboratorium. Dengan jalan mengencerkan plasma, maka kadar anti
dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan reaksi
aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam plasma.
Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu uji hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji
tabung (tube test). Perbedaannya, uji tabung membutuhkan waktu inkubasi semalam
karena membutuhkan teknik yang lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya
membutuhkan waktu inkubasi 1 menit saja yang biasanya digunakan dalam prosedur
penapisan. Umumnya sekarang lebih banyak digunakan uji widal peluncuran.
Sensitivitas dan spesifitas tes ini amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang
digunakan. Menurut beberapa peneliti uji widal yang menggunakan antigen yang
dibuat dari jenis strain kuman asal daerah endemis (local) memberikan
sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi daripada bila dipakai antigen
yang berasal dari strain kuman asal luar daerah enddemis (import). Walaupun
begitu, menurut suatu penelitian yang mengukur kemampuan Uji Tabung Widal
menggunakan antigen import dan antigen local, terdapat korelasi yang bermakna
antara antigen local dengan antigen S.typhi O dan H import, sehingga bisa
dipertimbangkan antigen import untuk dipakai di laboratorium yang tidak dapat
memproduksi antigen sendiri untuk membantu menegakkan diagnosis Demam tifoid.
Pada pemeriksaan uji widal dikenal
beberapa antigen yang dipakai sebagai parameter penilaian hasil uji Widal.
Berikut ini penjelasan macam antigen tersebut :
Antigen
O
Antigen O merupakan somatik yang
terletak di lapisan luar tubuh kuman. Struktur kimianya terdiri dari
lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100°C selama 2–5 jam,
alkohol dan asam yang encer.
Antigen
H
Antigen H merupakan antigen yang
terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi dan berstruktur kimia protein.
S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal yang juga dimiliki beberapa
Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu 60°C dan pada
pemberian alkohol atau asam.
Antigen
Vi
Antigen Vi terletak di lapisan terluar
S. typhi (kapsul) yang melindungi kuman dari fagositosis dengan struktur kimia
glikolipid, akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60°C, dengan
pemberian asam dan fenol. Antigen ini digunakan untuk mengetahui adanya karier.
Outer
Membrane Protein (OMP)
Antigen OMP S typhi merupakan bagian
dinding sel yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan
yang membatasi sel terhadap lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2
bagian yaitu protein porin dan protein nonporin. Porin merupakan komponen utama
OMP, terdiri atas protein OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik
yang berfungsi untuk difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap
proteolisis dan denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein nonporin terdiri atas
protein OMP A, protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease,
tetapi fungsinya masih belum diketahui dengan jelas. Beberapa peneliti
menemukan antigen OMP S typhi yang sangat spesifik yaitu antigen protein 50
kDa/52
Penilaian
Kegunaan uji Widal untuk diagnosis
demam typhoid masih kontroversial diantara para ahli. Namun hampir semua ahli
sepakat bahwa kenaikan titer agglutinin lebih atau sama dengan 4 kali terutama
agglutinin O atau agglutinin H bernilai diagnostic yang penting untuk demam
typhoid. Kenaikan titer agglutinin yang tinggi pada specimen tunggal, tidak
dapat membedakan apakah infeksi tersebut merupakan infeksi baru atau lama.
Begitu juga kenaikan titer agglutinin terutama agglutinin H tidak mempunyai
arti diagnostic yang penting untuk demam typhoid, namun masih dapat membantu
dan menegakkan diagnosis tersangka demam typhoid pada penderita dewasa yang
berasal dari daerah non endemic atau pada anak umur kurang dari 10 tahun di
daerah endemic, sebab pada kelompok penderita ini kemungkinan mendapat kontak
dengan S. typhi dalam dosis subinfeksi masih amat kecil.
Pada orang dewasa atau anak di atas
10 tahun yang bertempat tinggal di daerah endemic, kemungkinan untuk menelan
S.typhi dalam dosis subinfeksi masih lebih besar sehingga uji Widal dapat
memberikan ambang atas titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah endemic
yang satu dengan yang lainnya, tergantung dari tingkat endemisitasnya dan berbeda
pula antara anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Dengan demikian, bila
uji Widal masih diperlukan untuk menunjang diagnosis demam typhoid, maka ambang
atas titer rujukan, baik pada anak dan dewasa perlu ditentukan.
Salah satu kelemahan yang amat
penting dari penggunaan uji widal sebagai sarana penunjang diagnosis demam
typhpid yaitu spesifitas yang agak rendah dan kesukaran untuk
menginterpretasikan hasil tersebut, sebab banyak factor yang mempengaruhi
kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H bahkan mungkin dijumpai
dengan titer yanglebih tinggi, yang disebabkan adanya reaktifitas silang yang
luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alas an ini maka pada
daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi, cukup
pemeriksaan titer terhadap antibodi O S.typhi.
Titer widal biasanya angka kelipatan :
1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
·
Peningkatan titer uji
Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).
·
Titer 1/160 : masih
dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada, maka
dinyatakan (+).
·
Jika 1 x pemeriksaan
langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada pasiendengan gejala
klinis khas.
Prosedur kerja :
1.
Siapkan slide
khusus widal yang bersih
2.
Pada tiap slide
teteskan plasma sebanyak 0,02 cc (20 µl)
3.
Teteskan antigen
A-H, B-H, C-H pada tiap bagian tadi dan homogenkan 1-2 menit diatas rotator.
4.
Setelah selesai
dengan antigen H, lanjutkan dengan antigen O dengan cara yang sama.
5.
Baca hasil.
Interpretasi Hasil :
Postif (+) : bila terjadi aglutinasi
Negatif (-) : bila tidak terjadi aglutinasi
Hasil Pengamatan :
(+) terbentuknya aglutinasi
Kesimpulan :
Dari hasil pengamatan , terjadi aglutinasi, maka pada plasma terdapat antibody spesifik dari Salmonella sp.
Mengetahui Palembang, 24 Mei 2012
Dosen Pembimbing, Praktikan
,
1. Dr.
H. Billy Setya Negara, MPHM Septi Wulandari
2. Hamril
Dani , AMAK, S.Pd NIM
: Po.71.34.0.10.043
3. Drs
. Refai , M. Kes
4. Yusneli,
AMAK, S.Pd
hi mbak, ini pktikumnya emg pake plasma ya ? saya pnya judul penelitian ttg widal dgn menggunakan plasma dan serum ~ mohon referensinya :)
BalasHapus