Senin, 12 November 2012

DEFISIENSI FAKTOR PEMBEKUAN


BAB I
PENDAHULUAN

            Semua makhluk hidup pasti memiliki darah (kecuali tumbuhan). Darah merupakan cairan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus maupun bakteri. Darah sangatlah penting untuk kesehatan di dalam kehidupan kita. Jika kita terkena luka bisa menyebabkan kehilangan darah yang parah. Trombosit menyebabkan darah membeku, menutup luka kecil, tetapi luka besar perlu dirawat dengan segera untuk mencegah terjadinya kekurangan darah. Kerusakan pada organ dalam bisa menyebabkan luka dalam yang parah atau hemorrhage. Hemofilia merupakan kelainan genetik yang menyebabkan kegagalan fungsi dalam pembekuan darah seseorang. Akibatnya, luka kecil dapat membahayakan nyawa.

Faktor-faktor Pembekuan Darah
       I.            Fibrinogen: sebuah faktor koagulasi yang tinggi berat molekul protein plasma dan diubah menjadi fibrin melalui aksi trombin. Kekurangan faktor ini menyebabkan masalah pembekuan darah afibrinogenemia atau hypofibrinogenemia.
    II.            Prothrombin: sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.
 III.            Jaringan Tromboplastin: koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
 IV.            Kalsium: sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah.
    V.            Proaccelerin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma, tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur. Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.

 VI.           

VII.            Proconvertin: sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor akselerator dan stabil.

VIII.            Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam kolaborasi dengan faktor von Willebrand) sebagai kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.

 IX.            Tromboplastin Plasma komponen, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.

    X.            Stuart faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik. Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.

 XI.            Tromboplastin plasma yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi; sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga faktor antihemophilic C.

XII.            Hageman faktor: faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI. Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.

XIII.            Fibrin-faktor yang menstabilkan, sebuah faktor koagulasi yang merubah fibrin monomer untuk polimer sehingga mereka menjadi stabil dan tidak larut dalam urea, fibrin yang memungkinkan untuk membentuk pembekuan darah. Kekurangan faktor ini memberikan kecenderungan seseorang hemorrhagic. Disebut juga fibrinase dan protransglutaminase. Bentuk yang diaktifkan juga disebut transglutaminase.



BAB II
KELAINAN FAKTOR PEMBEKUAN DARAH

            Kelainan akibat faktor pembekuan darah terbagi menjadi dua berdasarkankan asalnya yakni :
1.      Keturunan ( Kongenital)
Yang disebakan oleh defisiensi protein, koagulasi dan herediter (bawaan).
Contohnya : Hemofilia, penyakit Von Willebrand, Defek XII (Hageman).
2.      Didapat ( Akuista )
Disebabkan oleh defisiensi vitamin C, penyakit hati, koagulapati konsumsi, dan inhibitor dalam sirkulasi. Contoh : Penyakit hemoragik pada Neonatus, Malabsorbsi Vitamin K,  penyakit Hati, Disseminated Intravaascular Coagulation>

1.      KONGENITAL
A.    HEMOFILIA
            Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haima yang berarti darah dan philia yang berarti cinta atau kasih sayang. Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan. Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya. Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika penderita telah melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut, pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti perdarahan pada otak.
Hemofilia terbagi atas tiga jenis, yaitu :
Ø  Hemofilia A
dikenal juga dengan nama Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan faktor pembekuan pada darah. Hemofilia A kekurangan Factor VIII; terjadi karena kekurangan faktor 8 (Factor VIII) protein pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
Ø  Hemofilia B
Dikenal juga dengan nama Christmas Disease karena di temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama Steven Christmas asal Kanada. Hemofilia B disebabkan kekurangan Factor IX pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.
Ø  Hemofilia C
Disebabkan oleh kekekurangan factor XI.
Tingkatan Hemofilia
Hemofilia dapat di golongkan dalam 3 tingkatan, yaitu :
 Klasifikasi
Kadar Faktor VII dan Faktor IX di dalam darah
 Berat
 Kurang dari 1% dari jumlah normalnya
 Sedang
 1% - 5% dari jumlah normalnya
 Ringan
 5% - 30% dari jumlah normalnya
            Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab yang jelas. Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan hemofilia berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti olah raga yang berlebihan. Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDLcFPAMAWRtuAXDz6RyRB4oFJwvYrWvH4f6IvPJJgY0bFRV-kGPYMp199CQFRd-l0jJ80Gct0M6maw26hQMkcUBDPy399ldjqdPuAxMsbUElt6BiryZQjNTVIWLix286gsMdLs5r6nSDx/s320/geneBasics.gifPROSES DITURUNKANNYA HEMOFILIA PADA ANAK
·         Perempuan mempunyai 2 kromosom X (XX), sedangkan laki  laki mempunyai 1 kromosom X dan 1 kromosom Y (XY). Gen yang mengatur produksi faktor pembekuan darah terdapat pada kromosom X.
·         https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjaoc17CU15wi4JAOiJlzPqxAhlpJgdjzCV2JYPK7yF9LWdh2zhVYQolRoZ7ZdABia7sdlyzBv8i4gmVnl-uqJGbBSJnuBBFfPoEqOhDGYfzjjI7f0HZr51q59E-Kngl_KHD5OqiaswLXvg/s320/geneHemophilia.gifhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjPVZSCLd8MOP1BActyBdYX5BO09OC5EJHrifkmD08TGd-xqWAmpHSbgD1_4ykPutpdabe6ZPUqB1ExPk1ulpCakP5pEuzBEEp78s0cxvisY5qqx6AhICU8oWHGG9Q6vtkNTbXBt2LIE6zF/s320/geneFather.gifKromosom yang mengandung gen hemofilia umumnya dilambangkan dengan Xh. Perempuan yang memiliki gen hemofilia disebut dengan carrier atau pembawa sifat (XhX). Pada umumnya, perempuan pembawa sifat tidak menderita hemofilia, tetapi kadangkala saja mereka menunjukkan gejala hemofilia.
·         Apabila seorang laki - laki hemofilia (XhY) menikah dengan seorang perempuan yang normal (XX), maka kemungkinan anak mereka adalah laki - laki normal (XY) dan perempuan pembawa sifat (XhX).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9MznjB-nSr6_ZJfpbIYOgw1gNe0s-7Xk71o-z3r-4hPLkkS0OADfRGoE7lypDmJf37c453zv0NT3QVIULmffCcyrnYzYKIxgWttcRDt6wZ5_xpeTozcPxpucG2OI-pda0h1rI0Dx1loe_/s320/geneMother.gif
·         Perempuan pembawa sifat akan mewariskan gen hemofilia pada anak laki - laki maupun perempuan. Bila anak laki - laki yang mewarisi gen hemofilia (XhY) maka anak laki - laki tersebut menderita hemofilia. Bila anak perempuan yang mewarisi gen hemofilia (XhX) maka anak perempuan tersebut adalah carrier (pembawa sifat).

Proses Pembekuan
            Gangguan itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang dari jumlah normal, bahkan hampir tidak ada. Perbedaan proses pembekuan darah yang terjadi antara orang normal (Gambar 1) dengan penderita hemofilia (Gambar 2).
Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan pembuluh darah yang terluka di dalam darah tersebut terdapat faktor-faktor pembeku yaitu zat yang berperan dalam menghentukan perdarahan.
http://www.hemofilia.or.id/pictures/pembuluh_drh1.jpg            Gambar 1:
a.       Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.
b.      Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
c.       Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
d.      Faktor-faktor pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh.
http://www.hemofilia.or.id/pictures/pembuluh_drh2.jpgGambar 2 :
a.       Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.
b.      Pembuluh darah mengerut/ mengecil.
c.       Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.
d.      Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu, mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurna, sehingga darah tidak berhenti mengalir keluar pembuluh.

                                                                                      
A.    Hemofilia A
Sinonim:
·         hemofilia klasik,
·         defisiensi faktor antihemofilia (AHF),
·         deficiency of functional plasma coagulation factor VIII,
·         factor VIII deficiency,
·         dysfunctional factor VIII.
Penyebab:
             Mutasi genetik yang didapat (acquired) atau diturunkan (inherited), adanya acquired factor VIII inhibitor. Sejumlah 45% hemofilia A yang berat merupakan hasil dari mutasi inversion.
Gejala/Tanda:
            Kecenderungan mudah terjadi perdarahan (hemorrhage), yang ditandai: muntah/berak darah, nyeri perut, nyeri/kaku sendi, mimisan (epistaxis), sakit kepala, kaku leher, ngantuk (lethargy), dll. Perdarahan yang umum dijumpai adalah hematoma (bengkak yang berisi darah), dapat berupa memar kebiruan di berbagai bagian tubuh dan hemarthrosis atau perdarahan yang sukar berhenti. Perdarahan ke dalam sendi siku, lutut, dan pergelangan kaki menyebabkan rasa nyeri disertai pembengkakan dan gerak seni yang terbatas. Akhirnya sendi yang tak dapat digunakan, tak dapat digerakkan. Tanda-tanda perdarahan; umum: tachycardia(denyut jantung > 100 X per menit), tachypnea (nafas cepat), tekanan darah rendah (hypotension). Spesifik: meningismus (gejala awal meningitis, tanpa disertai peradangan), nyeri kandung kemih, nyeri saat bergerak, sumbatan jalan nafas (airway obstruction), dll.
Diagnosis Laboratorium
            Laboratorium menunjukkan defisiensi faktor VIII, nilai PTT (partial thromboplastin time) amat memanjang, sedangkan waktu protrombin (prothrombin time/PT), jumlah trombosit, dan waktu perdarahan normal. TGT (thromboplastin generation test) / differential APTT dengan plasma abnormal. Kadar faktor IX normal.
Terapi:
            Transfusi kriopresipitat atau konsentrat faktor VIII dengan dosis 0,5 x BB (dalam Kg) x kadar yang diinginkan (dalam %). Faktor VIII juga diberikan untuk persiapan tindakan operasi, seperti: cabut gigi, sirkumsisi (sunat), dll. Factor VIII–containing products, misalnya: factor VIII pooled plasma (ultrapure preparations recommended), factor VIII recombinant product – produk sintetis, fresh frozen plasma (FFP) – produk darah. Antifibrinolytics, misalnya: epsilon aminocaproic acid (Amicar). Agents antihemofilik – agents ini meningkatkan kadar plasma faktor VIII, contohnya: 1-deamino-8-D-arginine vasopressin (desmopressin acetate, DDAVP). Perhatian: Hindari aspirin. Cegah terjadinya perdarahan dengan menghindari trauma (kontak fisik), misalnya: oloahraga beladiri, tinju, gulat, sepakbola. Berikan vaksin hepatitis B sejak bayi karena individu akan terpajan produk darah seumur hidup. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan pula tanda-tanda yang berhubungan dengan HIV/AIDS dan Hepatitis.
Catatan: Sekitar 80-85% kasus hemofilia adalah hemofilia A. Insidensi (angka kejadiannya) 1:10.000. Secara klinis gejala/tanda hemofilia A dan B sulit dibedakan, kecuali dengan pemeriksaan laboratorium khusus. Tiap janin laki-laki dari ibu pengemban bakat hemofilia berisiko 50% menderita penyakit ini.
B.       Hemofilia B
Sinonim:
·         Penyakit Christmas,
·         defisiensi faktor IX,
·         hemophilia type B,
·         factor IX deficiency,
·         dysfunctional factor IX,
·         deficiency of functional plasma coagulation factor IX.
Penyebab:
         Defisiensi functional plasma coagulation factor IX, mutasi spontan, dan proses imunologis yang didapat (acquired).
Gejala/Tanda:
Seperti hemofilia A, hasil Laboratorium sedikit berbeda.
Diagnosis Laboratorium
Hasil Laboratorium menunjukkan defisiensi faktor IX, nilai PTT (partial thromboplastin time) amat memanjang, sedangkan waktu protrombin (prothrombin time / PT) dan waktu perdarahan normal. TGT (thromboplastin generation test) / differential APTT dengan serum abnormal. Kadar faktor VIII normal.
Terapi:
            Faktor IX dengan dosis 40-50 U/Kg setiap 24 jam. Faktor IX juga diberikan untuk persiapan tindakan operasi, seperti: cabut gigi, khitan (sunat), dll. Produk yang mengandung faktor IX, contohnya: factor IX complex concentrates,coagulation factor IX concentrates, factor IX recombinant product (sintetik faktor IX), fresh frozen plasma/FFP (produk darah). Antifibrinolytics, misal: epsilon aminocaproic acid (Amicar).Perhatian: Semua penderita hemofilia B harus divaksin hepatitis. Sekitar 25% anak-anak dan remaja dengan hemofilia yang berusia 6-18 tahun memiliki keterampilan kognitif di bawah normal dan memiliki lebih banyak menemui masalah emosional dan perilaku daripada individu lainnya. Penyebab kematian pada hemofilia berat umumnya adalah AIDS.
Catatan:
                   Prevalensi hemofilia B adalah 1 tiap 60.000 orang, sumber lain menyebutkan 1 tiap 100 ribu orang. Biasanya terjadi di masa anak-anak. Hemophilia A dan B diturunkan (inherited) secara X-linked recessive pattern sehingga umumnya pria sebagai penderita dan wanita sebagai pembawa sifat. Gen untuk faktor VIII dan IX terletak di ujung lengan panjang (q) kromosom X.
C.    Hemofilia C
Sinonim:
·         Defisiensi faktor XI,
·         plasma thromboplastin antecedent (PTA) deficiency,
·         factor XI deficiency,
·         Rosenthal syndrome.
Penyebab:
            Kekurangan (defisiensi) faktor XI di plasma dan mutasi di gen faktor XI.
Gejala/Tanda:
            Luka (memar) di tempat yang tak biasa. Pucat (pallor), lelah (fatigue), dantachycardia (jantung berdetak > 100 x per menit) disertai perdarahan hebat (excessive bleeding). Perdarahan paska operasi dan paska trauma (luka). Kadang juga mengalami epistaksis (mimisan), hematuria (kencing bercampur darah). Pada wanita, menoragia (menstruasi memanjang). Perdarahan spontan jarang. Defisiensi berat tidak otomatis mengalami perdarahan spontan. Perdarahan paling umum terjadi setelah prosedur bedah (surgery) yang melibatkan membran mukosa (mucosal membranes).
Diagnosis Laboratorium
            Hasil Laboratorium menunjukkan defisiensi faktor XI, nilai aPTT (activated partial thromboplastin time) memanjang, sedangkan waktu protrombin (prothrombin time / PT), waktu trombin (thrombin time / TT), dan waktu perdarahan normal.
Terapi:
            Terapi penggantian untuk episode perdarahan dilakukan dengan plasma beku segar. Terapi plasma dengan dosis 10-15 mL/Kg tiap 24 jam efektif. Produk plasma, misalnya: fresh-frozen plasmaga (FFP), solvent-detergent–treated FFP.Factor XI concentrates. Perekat fibrin (fibrin glue), contohnya: fibrin sealant (Tisseel VH). Antifibrinolytic agents, seperti: aminocaproic acid (Amicar). Perhatian: Untuk penderita hemofilia C, vaksinasi hepatitis A dan B sebaiknya diperbarui.
Catatan: Prevalensinya 1 kasus setiap 100 ribu populasi. Di United Kingdom, ada 383 pasien hemofilia C dari 58 juta orang. Terbanyak pada suku bangsa Ashkenazi dan keturunan Yahudi Irak (Iraqi Jewish). Defisiensi faktor XI didapat (acquired) dijumpai pula pada penderita systemic lupus erythematosus dan penyakit imunologis lainnya. Pada bayi (infant) yang normal, kadar faktor XIc memang rendah sampai berusia lebih dari 6 bulan.

B.     PENYAKIT VON WILLEBRAND
A.    Pengertian
            Von Willebrand Penyakit (VWD) adalah koagulasi herediter yang paling umum kelainan dijelaskan pada manusia, meskipun juga dapat diperoleh sebagai hasil dari kondisi medis lainnya. Ini muncul dari kekurangan kualitatif atau kuantitatif dari faktor von Willebrand (vWF), sebuah protein multimerik yang diperlukan untuk adhesi trombosit. Hal ini diketahui mempengaruhi manusia dan anjing. Ada empat jenis vWD keturunan. Faktor-faktor lain termasuk kelompok darah ABO juga dapat berperan dalam keparahan kondisi.
            Gen vWF terletak pada kromosom dua belas (12p13.2). Memiliki 52 ekson mencakup 178kbp. Jenis 1 dan 2 diwariskan sebagai sifat dominan autosom dan tipe 3 diwariskan sebagai resesif autosomal. Kadang  kadang tipe 2 juga mewarisi resesif. Prevalensi vWD adalah sekitar 1 dalam 100 individu. Namun sebagian besar orang-orang ini tidak memiliki gejala. Prevalensi kasus klinis yang signifikan adalah 100 per juta. Dia pertama kali dijelaskan pada tahun 1926.

AcquireVonWillebrandPenyakit
VWD Acquired dapat terjadi pada pasien dengan autoantibodi. Dalam hal ini fungsi vWF tidak terhambat tetapi kompleks vWF-antibodi dengan cepat dibersihkan dari sirkulasi. VWD Acquired juga telah dijelaskan dalam gangguan berikut: tumor Wilms, hipotiroidisme dan dysplasias mesenchymal.

B.     Klasifikasi
Ada empat jenis waris vWD dijelaskan - tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan platelet-tipe. Ada diwariskan dan diperoleh bentuk vWD. Kebanyakan kasus adalah turun-temurun, tetapi'' mengakuisisi'' bentuk vWD telah dijelaskan. Masyarakat Internasional tentang Thrombosis and Haemostasis itu (ISTH) klasifikasi tergantung pada definisi cacat kualitatif dan kuantitatif.
1.      Tipe 1
Tipe 1 vWD (60-80% dari semua kasus vWD) adalah cacat kuantitatif (heterozigot untuk gen cacat) tetapi mungkin tidak jelas gangguan pembekuan, sebagian besar pasien biasanya berakhir menjalani hidup mendekati normal. Masalah mungkin timbul dalam bentuk perdarahan operasi berikut (termasuk prosedur gigi), terlihat mudah (periode berat) memar, atau menorrhagia. Penurunan kadar vWF terdeteksi (10-45% dari normal yaitu 10-45 IU.
2.      Tipe 2
Tipe 2 vWD (20-30%) adalah cacat kualitatif dan kecenderungan perdarahan dapat bervariasi antara individu. Ada tingkat normal vWF, tetapi multimers secara struktural abnormal, atau sub kelompok multimers besar atau kecil tidak ada. Empat subtipe ada: 2A, 2B, 2M dan 2N.
·         Tipe 2A
Tipe 2A adalah kelainan sintesis atau proteolitik dari multimers vWF mengakibatkan adanya unit multimer kecil di sirkulasi. Faktor VIII mengikat adalahnormal.Memilikiristocetin proporsiona lrendahko faktor aktivitas dibandingkan dengan antigen von Willebrand itu.
·         Tipe 2B
Ini adalah "keuntungan fungsi" cacat menuju mengikat spontan untuk trombosit dan pembersihan cepat berikutnya dari trombosit dan multimers vWF besar. Sebuah trombositopenia ringan dapat terjadi. Para vWF besar multimers tidak hadir dalam sirkulasi dan faktor VIII mengikat adalah normal. Seperti 2A jenis, RiCof: vWF assay antigen rendah ketika platelet-miskin plasma pasien yang diuji terhadap formalin-fixed, donor trombosit normal. Namun, ketika metode analisis dilakukan dengan trombosit pasien sendiri ("platelet-kaya plasma"), jumlah yang lebih rendah dari yang normal ristocetin menyebabkan agregasi terjadi. Hal ini karena multimers vWF besar sisa terikat trombosit pasien. Pasien dengan jenis sub-tidak dapat menggunakan desmopressin sebagai pengobatan untuk perdarahan, karena dapat mengakibatkan agregasi platelet yang tidak diinginkan.
·         Jenis 2M
Hal ini disebabkan oleh mengikat menurun atau tidak ada untuk GPIB pada platelet. Faktor VIII mengikat adalah normal.
·         Jenis 2N (Normandia)
Ini adalah kekurangan pengikatan vWF untuk faktor VIII. Jenis ini memberikan tingkat antigen vWF yang normal dan normal hasil tes fungsional namun memiliki faktor VIII rendah. Hal ini mungkin menyebabkan beberapa pasien 2N yang misdiagnosed di masa lalu memiliki hemofilia A, dan harus dicurigai jika pasien memiliki temuan klinis hemofilia A tetapi silsilah menyarankan autosom, bukan X-linked, warisan.
3.      Tipe 3
Tipe 3 adalah bentuk yang paling parah vWD (homozigot untuk gen cacat) dan mungkin mengalami perdarahan mukosa parah, tidak ada antigen vWF terdeteksi, dan mungkin memiliki faktor VIII yang cukup rendah bahwa mereka memiliki hemarthroses sesekali (pendarahan sendi), seperti dalam kasus ringan hemofilia.
4.      platelet tipe / Trombosit tipe /pseudo-vWD
Platelet-jenis vWD merupakan tipe dominan autosomal dari vWD disebabkan oleh keuntungan mutasi fungsi dari reseptor vWF pada trombosit, khusus, rantai alfa dari reseptor glikoprotein Ib (GPIB). Protein ini merupakan bagian dari kompleks yang lebih besar (GPIB / V / IX) yang membentuk reseptor vWF penuh pada platelet. Kegiatan ristocetin dan hilangnya multimers vWF besar mirip dengan tipe 2B, tapi pengujian genetik vWF akan mengungkapkan ada mutasi.

C.    Gejala
            Berbagai jenis vWD hadir dengan berbagai tingkat kecenderungan perdarahan, biasanya dalam bentuk yang mudah memar, mimisan dan gusi berdarah. Perempuan mungkin mengalami periode menstruasi berat dan kehilangan darah selama bersalinan. Perdarahan internal atau sendi yang parah jarang terjadi (yang hanya terjadi pada tipe 3 vWD).
D.    Diagnosa
            Ketika dicurigai, plasma darah pasien perlu diselidiki kekurangan kuantitatif dan kualitatif vWF. Hal ini dicapai dengan mengukur jumlah vWF dalam uji antigen vWF dan fungsi vWF dengan glikoprotein (GP) assay Ib mengikat, alat tes kolagen yang mengikat atau, a'' ristocetin kofaktor aktivitas'' (RiCof) atau ristocetin'' diinduksi aglutinasi platelet'' (RIPA) tes. Faktor VIII tingkat juga dilakukan karena faktor VIII terikat untuk vWF yang melindungi faktor VIII dari kerusakan yang cepat dalam darah. Defisiensi vWF oleh karena itu dapat menyebabkan penurunan tingkat faktor VIII.
Tingkat normal tidak mengecualikan semua bentuk vWD:
            Khususnya tipe 2 yang hanya dapat diungkapkan dengan menyelidiki interaksi trombosit dengan subendothelium bawah aliran (PAF), sebuah studi koagulasi sangat khusus tidak rutin dilakukan di laboratorium medis yang paling. Sebuah uji agregasi trombosit akan menunjukkan respon abnormal terhadap ristocetin dengan respon normal terhadap agonis lain yang digunakan. Sebuah uji fungsi platelet (PFA) akan memberikan waktu kolagen / adrenalin penutupan abnormal dan dalam kebanyakan kasus (tidak semua) normal kolagen / ADP waktu. Jenis 2N hanya dapat didiagnosis dengan melakukan "faktor VIII mengikat" assay. Deteksi vWD rumit oleh vWF menjadi seorang reaktan fase akut dengan tingkat kenaikan dalam infeksi , kehamilan dan stress.
            Pemeriksaan lainnya dilakukan di semua pasien dengan masalah perdarahan adalah hitung darah lengkap (jumlah trombosit terutama), APTT (diaktifkan parsial tromboplastin waktu), waktu protrombin, waktu trombin dan kadar fibrinogen. Pengujian untuk faktor IX juga dapat dilakukan jika hemofilia B dicurigai. Tes koagulasi lain faktor dapat dilakukan tergantung pada hasil layar koagulasi. Pasien dengan penyakit Von Willebrand biasanya akan menampilkan waktu protrombin normal dan perpanjangan variabel waktu tromboplastin parsial.

C.    DEFEK HAGEMAN
          Hageman faktor pertama kali ditemukan pada tahun 1955 ketika sampel darah rutin pra operasi dari tukang rem 37 tahun kereta api John Hageman (1918) ditemukan memiliki waktu pembekuan lama dalam tabung reaksi, meskipun ia tidak memiliki gejala hemoragik. Hageman kemudian diperiksa oleh Dr Oscar Ratnoff yang menemukan bahwa Mr. Hageman kekurangan faktor pembekuan sebelumnya tak dikenal.
             Dr Ratnoff kemudian menemukan bahwa kekurangan faktor Hageman adalah autosomal resesif gangguan, ketika memeriksa orang-orang terkait yang memiliki beberapa kekurangannya.
       Paradoksnya, emboli paru menyebabkan kematian Hageman setelah kecelakaan kerja. Sejak itu, studi seri kasus klinis mengidentifikasi hubungan antara trombosisdan kekurangan Factor XII. hepatosit ekspres pembekuan darah faktor XII.  Koagulasi Faktor XII juga dikenal sebagai faktor  hagemen.
                   Kekurangan Faktor  XII  adalah gangguan langka yang diwariskan secara resesif autosom. Tidak seperti kekurangan faktor pembekuan, faktor kekurangan XII sama sekali tanpa gejala dan tidak menyebabkan perdarahan berlebih. Hal ini benar karena secara in vivo faktor XII memainkan sedikit bagian dalam pembentukan gumpalan  jalur intrinsik bukan yang diaktifkan sebagian besar pada faktor XI oleh trombin yang dihasilkan oleh jalur ekstrinsik.  Faktor XII tidak memainkan peran penting dalam pembentukan bekuan selama dalam pengukuran in vitro dari waktu tromboplastin parsial namun menyebabkan pengukuran ini akan  nyata berkepanjangan pada pasien dengan defisiensi factor  XII  biasanya jauh melampaui bahkan apa yang dilihat di hemofilia A  hemofilia B  atau faktor kekurangan XI.                    Akibatnya, perhatian utama yang berkaitan dengan  defisiensi  factor  XII adalah pengujian yang tidak perlu, penundaan dalam perawatan, khawatir, dll yang mungkin akan diminta oleh hasil laboratorium yang abnormal.  Semua ini, termasuk mekanisme warisan, juga berlaku untuk faktor-faktor kontak lain, prekallikrein  (Fletcher faktor) dan tinggi berat molekul kininogen. Tingkat normal atau kelebihan faktor XII dapat mempengaruhi terhadap risiko yang lebih besar trombosis vena karena faktor peran XII sebagai salah satu katalis untuk konversi dari plasminogen menjadi bentuk aktif fibrinolitik atas plasmin




2.      AKUISTA/DI DAPAT
A.    DEFISIENSI VITAMIN K
Vitamin K merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa protein, termasuk dalam pembekuan darah. Vitamin K disebut juga vitamin koagulasi karena bertugas menjaga konsistensi aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Di samping itu, vitamin K juga dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal. Kebanyakan sumber vitamin K di dalam tubuh adalah hasil sintesis bakteri di dalam sistem pncernaan.
Penyerapan vitamin K memerlukan penyerapan lemak yang normal. Malabsorbsi lemak merupakan penyebab paling sering timbulnya defisiensi vitamin K. Derivat vitamin K dalam bentuk alami hanya diserap bila ada garam­garam empedu, seperti lipid lainnya, dan didistribusikan dalam aliran darah lewat system limfatik dalam kilomikron. Menadion, yang larut dalam air , diserap bahkan dalam keadaan tanpa adanya garam­garam empedu, dengan melintas langsung ke dalam vena porta hati. Vitamin K ternyata terlibat dalam pemeliharaan kadar normal factor pembekuan darah II, VII, IX dan X, yang semuanya disintesis di dalam hati mula- ­mula sebagai precursor inaktif.
Vitamin K bekerja sebagai kofaktor enzim karboksilase yang membentu residu karboksiglutamat dalam protein precursor. Reaksi karboksilase yang tergantung vitamin K terjadi dalam retikulum endoplasmic. Banyak jaringan dan memerlukan oksigen molekuler, karbondioksida serta hidrokuinon ( tereduksi ) vitamin K dan di dalam siklus ini, produk 2,3 epoksida dari reaksi karboksilase diubah oleh enzim 2,3 epoksida reduktase menjadi bentuk kuinon vitamin K dengan menggunakan zat pereduksi ditiol yang masih belum teridentifikasi. Reduksi selanjutnya bentuk kuinon menjadi hidrokuinon oleh NADH melengkapi siklus vitamin K untuk menghasilkan kembali bentuk aktif vitamin tersebut.
Defisiensi atau kekurangan vitamin K dapat menyebabkan terjadinya penyakit hemoragik pada bayi baru lahir. Hal ini disebabkan karena plasenta tidak meneruskan vitamin K secara efisien. Vitamin K tersebar luas dalam jaringan tanaman dan hewan yang digunakan sebagai bahan makanan dan produksi vitamin K oleh mikroflora intestinal pada hakekatnya menjamin tidak terjadinya defisiensi vitamin K.
Defisiensi vitamin K dapat terjadi oleh malabsorbsi lemak yang mungkin menyertai disfungsi pancreas, penyakit biliaris, atrofi mukosa intestinal atau penyebab steatore lainnya.Di samping itu, sterilisasi usus besar oleh antibiotik juga dapat mengakibatkan defisiensi vitamin K. Bila dicurigai adanya kekurangan vitamin K, dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar protrombin, salah satu faktor pembekuan darah yang memerlukan vitamin K. Kadar yang rendah (kurang dari 50% dari normal) menunjukkan adanya kekurangan vitamin K. Tetapi kadar protrombin yang rendah juga dapat disebabkan oleh obat antikoagulan atau kerusakan hati. 
Biasanya diagnosa akan semakin kuat jika setelah penyuntikkan vitamin K, terdapat peningkatan kadar protrombin dalam beberapa jam dan perdarahan berhenti dalam 3-6 jam. Jika penderita memiliki penyakit hati yang berat, hati tidak mampu mensintesa faktor pembekuan walaupun telah disuntikkan vitamin K. Pada kasus seperti ini diperlukan transfusi plasma untuk melengkapi faktor-faktor pembekuan.
Kekurangan Vitamin K dapat memanifestasikan dirinya dalam bentuk gejala-gejala berikut ini :
Ø  Luka akibat pendarahan yang berlebihan
Ø  Pendarahan gastrointestinal
Ø  Perdarahan menstruasi berat
Ø  Gusi berdarah
Ø  Pendarahan ovarium
Ø  Perdarahan pada bagian Mata
Ø  Penyakit demam pada bayi baru lahir
Ø  Pembekuan berkepanjangan
Ø  Urin berwarna
Ø  Darah dalam urin
Ø  Mudah memar
Ø  Hiperkalsiuria
Ø  Pengapuran jaringan lunak, terutama katup jantung
Ø  Mudah patah tulang

B.     PENYAKIT HATI
a.       Definisi
     Penyakit hati adalah suatu istilah untuk sekumpulan kondisi-kondisi, penyakit-penyakit dan infeksi-infeksi yang mempengaruhi sel-sel, jaringan-jaringan, struktur dan fungsi dari hati.

b.      Fungsi Hati
Hati adalah suatu organ penting terletak di kwadran kanan atas abdomen. Dia bertanggung jawab untuk:
·         Menyaring darah
·         Membuat empedu, suatu zat yang membantu pencernaan lemak
·         Memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk kolesterol. Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein (Chylomicron, VLDL, LDL, HDL), menyimpan gula dan membantu tubuh untuk mengangkut dan menghemat energi.
·         Membuat protein-protein penting, seperti kebanyakan yang terlibat pada pembekuan darah
·         Memetabolisme banyak obat-obatan seperti barbiturates, sedatives, and amphetamines
·         Menyimpan besi, tembaga, vitamin A dan D, dan beberapa dari vitamin B
·         Membuat protein-protein penting seperti albumin yang mengatur pengakutan cairan didalam darah dan ginjal
·         Membantu mengurai dan mendaurulang sel-sel darah merah
Jika hati menjadi radang atau terinfeksi, maka kemampuannya untuk melaksanakan fungsi-fungsi ini jadi melemah. Penyakit hati dan infeksi-infeksi adalah disebabkan oleh suatu kondisi yang bervariasi termasuk infeksi virus, serangan bakteri, dan perubahan kimia atau fisik didalam tubuh. Penyebab yang paling umum dari kerusakan hati adalah kurang gizi (malnutrition), terutama yang terjadi dengan kecanduan alkohol.
Gejala-gejala penyakit hati mungkin akut, terjadi tiba-tiba, atau kronis, berkembang perlahan melalui suatu periode waktu yang lama. Penyakit hati kronis adalah jauh lebih umum dari pada yang akut. Angka dari penyakit hati kronis dari laki-laki adalah dua kali lebih tinggi dari wanita. Penyakit hati dapat menjangkau dari ringan sampai berat tergantung dari tipe penyakit yang hadir.
c.       Tanda dan Gejala Penyakit
Gejala-gejala sebagian tergantung dari tipe dan jangkaun penyakit hatinya. Pada banyak kasus, mungkin tidak terdapat gejala. Tanda-tanda dan gejala-gejala yang umum pada sejumlah tipe-tipe berbeda dari penyakit hati termasuk:
·         Jaundice atau kekuningan kulit
·         Urin yang coklat seperti teh
·         Mual
·         Hilang selera makan
·         Kehilangan atau kenaikan berat tubuh yang abnormal
·         Muntah
·         Diare
·         Warna tinja (feces)yang pucat
·         Nyeri abdomen (perut) pada bagian kanan atas perut
·         Tidak enak badan (malaise) atau perasaan sakit yang kabur
·         Gatal-gatal
·         Varises (pembesaran pembuluh vena)
·         Kelelahan
·         Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
·         Demam ringan
·         Sakit otot-otot
·         Libido berkurang (gairah sex berkurang)
·         Depresi
Suatu bentuk parah yang jarang dari infeksi hati disebut acute fulminant hepatitis, menyebabkan gagal hati. Gejala-gejala dari gagal hati termasuk:
·         Aplastic anemia, suatu keadaan dimana sumsum tulang (bone marrow) tidak dapat membuat sel-sel darah
·         Ascites, terkumpulnya cairan didalam abdomen
·         Edema atau bengkak dibawah kulit
·         Encephalopathy, kelainan yang mempengaruhi fungsi-fungsi otak
·         Hati yang membesar dan perih (sakit)
·         Limpa membesar
·         Perubahan dalam status mental atau tingkat kesadaran
·         Rentan terhadap perdarahan


PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN IMAGING
  1. Breath test dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat.
    Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan)  maupun intravena (melalui pembuluh darah). Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.
  2. USG menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu. Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor. USG merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu.
    Dengan USG, dokter dengan mudah bisa mengetahui adanya batu empedu di dalam kandung empedu. USG dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan funsi sel hati.
  3. Imaging radionuklida (radioisotop) menggunakan bahan yang mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan diikat oleh organ tertentu.
    Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma yang dipasangkan pada sebuah komputer.
  4. Skening hati merupakan penggambaran radionuklida yang menggunakan substansi radioaktif, yang diikat oleh sel-sel hati.
  5. Koleskintigrafi menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu.
  6. Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu (kolesistitis).
  7. CT scan bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk mencari  tumor. Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara abnormal (hemokromatosis).
    Tetapi karena menggunakan sinar X dan biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak digunakan.
  8. MRI memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan.
    Pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus berbaring dalam ruangan yang sempit, menyebabkan beberapa penderita mengalami klaustrofobia (takut akan tempat sempit).
  9. Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati lambung dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu.  Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas (pankreatitis) pada 3-5% penderita.
  10. Kolangiografi transhepatik perkutaneus menggunakan jarum panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian disuntikkan zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu.
  11. Kolangiografi operatif menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen.
    Selama suatu pembedahan, zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu.
    Foto rontgen akan menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.
  12. Foto rontgen sederhana sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.



TES FUNGSI HATI
Sebagian besar pemeriksaan bertujuan untuk mengukur kadar enzim atau bahan-bahan lainnya dalam darah, sebagai cara untuk mendiagnosis kelainan di hati.
Pemeriksaan
Untuk Mengukur
Hasil Pemeriksaan Menunjukkan
Alkalin Fosfatase
Enzim yg dihasilkan di dalam hati, tulang & plasenta;
yg dilepaskan ke hati bila terjadi cedera atau pada aktivitas normal tertentu, mis. pertumbuhan tulang atau kehamilan
Penyumbatan saluran empedu, cedera hati & beberapa kanker
Alanin Transaminase
(ALT)
Enzim yg dihasilkan di hati, yg dilepaskan ke dalam darah jika sel hati mengalami luka
Luka pada sel hati (mis. hepatitis)
Aspartat Transaminase
(AST)
Enzim yg dilepaskan ke dalam darah jika hati, jantung, otot atau otak mengalami luka
Luka di hati, jantung, otot atau otak
Bilirubin
Komponen dari cairan pencernaan (empedu) yg dihasilkan oleh hati
Penyumbatan aliran empedu, kerusakan hati, pemecahan sel darah merah yg berlebihan
Gamma-glutamil Transpeptidase
Enzim yg dihasilkan oleh hati, pankreas & ginjal; dilepaskan ke dalam darah hika organ-organ tsb mengalami luka
Kerusakan organ, keracunan obat, penyalahgunaan alkohol, penyakit pankreas
Laktik Dehidrogenase
Enzim yg dilepaskan ke dalam darah jika organ tertentu mengalami luka
Kerusakan hati, jantung, paru-paru atau otak & pemecahan sel darah merah yg berlebihan
5-nukleotidase
Enzim yg hanya terdapat di hati; dilepaskan ke dalam darah jika hati mengalami cedera
Penyumbatan saluran empedu atau gangguan aliran empedu
Albumin
Protein yg dihasilkan oleh hati & secara normal dilepaskan ke dalam darah;
salah satu fungsinya adalah menahan cairan dalam pembuluh darah
Kerusakan hati
Alfa-fetoprotein
Protein yg dihasilkan oleh hati janin dan buah zakar (testis)
Hepatitis berat atau kanker hati atau kanker testis
Antibodi Mitokondrial
Antibodi untuk melawan mitokondria, merupakan komponen sel sebelah dalam
Sirosis bilier primer & penyakit autoimun tertentu, mis. hepatitis menahun yg aktif
Waktu Protombin
(Protombin Time)
Waktu yg diperlukan darah untuk membeku
(pembekuan memerlukan vit. K & bahan-bahan yg dibuat oleh hati

C.     DISSEMINATED INTRAVASKULAR COAGULATION ( DIC )
                        DIC sebenarnya bukanlah nama diagnosa suatu penyakit dan DIC terjadi selalu mengindikasikan adanya penyakit yang menjadi penyebabnya. Ada banyak sekali penyebab terjadinya DIC. DIC ditandai dengan aktivasi sistemik dari system pembekuan darah, yang menyebabkan reaksi generasi dan deposisi (pengendapan ) dari fibrin, menimbulkan thrombus microvaskuler di organ-organ tubuh sehingga menyebabkan terjadinya multi organ failure. ( Levi, 1999 )
 PATHOFISIOLOGI
Beberapa mekanisme yang terjadi secara terus menerus pada DIC, penyebab utama terjadinya deposisi fibrin adalah :
1.      Faktor jaringan, penyebab terjadinya generasi thrombin
2.      Kegagalan fisiologis mekanisme antikoagulan, seperti sistem antithrombin dan sistem protein C yang menurunkan keseimbangan generasi thrombin.
3.      Gagalnya fibrin removal yang menyebabkan penurunan sistem fibrinolitik, perburukan thrombolisis endogenous terutama disebabkan oleh tingginya tingkat sirkulasi dari fibrinolitik PAI-1, aktifitas fibrinolitic meningkat dan menyebabkan perdarahan.
MORTALITAS / MORBIDI
Kenyataannya, untuk kepentingan klinik dari penurunan platelet dan faktor koagulasi pada pasien dengan perdarahan atau pada pasien yang membutuhkan prosedur invasive sudah jelas, namun deposisi fibrin intravaskuler sebagai hasil dari aktivasikoagulasi sistemik dapat menyebabkan kegagalan organ dan mengakibatkan kematian.Komplikasi thrombotik pada pasien DIC kadang kala terlihat, seperti acral sianosis, perdarahan infark pada kulit, limb Ischemia. DIC merupakan prediktor independen mortalitas pada pasien dengan sepsis dan trauma berat, peningkatan beratnya DIC berhubungan langsung dengan peningkatan mortalitas. DIC dapat terjadi pada semua jenis ras atau suku dan tidak ada batasan umur dan jenis kelamin.
KLINIS
                        Gejala DIC sering berhubungan langsung dengan kondisi penyebabnya, adanya riwayat perdarahan dan hipovolume seperti perdarahan gastro intestin dan gejala dan tanda thrombisis pada pembuluh darah yang besar seperti DVT dan thrombosis mikrovaskuler seperti gagal ginjal, perdarahan dari setidaknya 3 daerah yang tidak berhubungan langsung dengan DIC seperti :
- Epistaksis
- Perdarahan gusi
- Perdarahan Mukosal
- Batuk
- Dyspnea
- Bingung, disorientasi
- Demam
Kondisi yang dapat terjadi DIC antara lain :
- Sepsis atau infeksi yang berat
- Trauma ( Polytrauma, neurotrauma, emboli lemak )
- Kerusakan organ ( Pankreatitis berat )
- Malignancy ( Penyakit yang kondisinya buruk )
o Tumor padat
o Myeloproliferative/ lymphoproliferatif malignan
- Kehamilan yang sulit
o Emboli caitran amniotik
o Plasenta abrupsio
- Kelainan Vaskuler
o Kasaback-mereritt syndrom
o Aneurisma vaskuler yang besar
- Kerusakan hepar berat
- Reaksi toxic atau imunologi yang berat
o Digigit ular
o Penggunaan obat-obatan terlarang
o Reaksi transfusi
o Kegagalan tranplantasi
Ada dua penyebab utama terjadinya DIC yaitu :
1.      Respon inflamasi sistemik, menyebabkan aktivasi cytokine menimbulkan aktivasi koagulasi ( sepsis, trauma mayor ).
2.      Pelepasan atau penyebaran material (fat, phospolipid ) prokoagulan kedalam pembuluh darah ( kanker, kasus kehamilan )
Pada keadaan tertentu kedua penyebab diatas dapat terjadi secara bersamaan seperti pada kasus trauma mayor atau nekrotik pankreatitis berat. Ada beberapa kondisi lain yang dapat menyebabkan DIC yaitu :
1.      Infeksi bakteri
2.      Trauma berat
3.      Tumor padat dan hematologic malignan
4.      Obstetrik kalaminis ( Abrupsi placenta, emboli cairan omnion )
5.      Kerusakan vaskuler
6.      Penyebab lain termasuk keracunan berat atau reaksi imunologi ( Reaksi transfusi ) atau reaksi inflamasi ( Acut pankreatitis )
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tidak ada pemeriksaan yang spesifik dan sensitif untuk menegakkan DIC, namun ada pemeriksaan yang dapat dikerjakan :
1.      Marker molekul koagulasi atau fibrin formasi
2.      Prothrombin activation fragment PF1+2
3.      PT, aPTT, Antithrombin, FDPs.
4.      Clotting time
5.       Factor pembekuan
6.      Fibrinogen
7.      D-dimer
8.      Thrombin time
9.       Protamin test
10.  Anemia
11.  Penurunan Factor pembekuan ( Faktor V,VIII, X, XIII, Protein C )
12.  Hemoglobinuria
13.  Hematuria







BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
                        Kelainan akibat faktor pembekuan darah terbagi menjadi dua          berdasarkankan asalnya yakni :
1.      Keturunan ( Kongenital)
Yang disebakan oleh defisiensi protein, koagulasi dan herediter (bawaan).
Contohnya : Hemofilia, penyakit Von Willebrand, Defek XII (Hageman).
2.      Didapat ( Akuista )
Disebabkan oleh defisiensi vitamin C, penyakit hati, koagulapati konsumsi, dan inhibitor dalam sirkulasi. Contoh : Penyakit hemoragik pada Neonatus, Malabsorbsi Vitamin K,  penyakit Hati, Disseminated Intravaascular Coagulation.















DAFTAR  PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar